Gawat! Bursa Saham Asia Balik Arah, IHSG Bagaimana?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 February 2019 14:41
Bagaimana nasib IHSG di tengah bursa saham utama kawasan Asia yang berbalik arah?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki sesi 2 perdagangan di bursa saham tanah air, kabar buruk menerpa. Jika per akhir sesi 1 hari ini, Selasa (19/2/2019), mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menguat, kini justru situasinya berbalik 180 derajat.

Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia kini justru ditransaksikan melemah: indeks Shanghai turun 0,22%, indeks Hang Seng turun 0,26%, dan indeks Kospi turun 0,02%.


Bagaimana dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Hingga berita ini diturunkan, IHSG menguat 0,17% ke level 6.508,91. Memang belum terjebak di zona merah seperti mayoritas bursa saham utama kawasan regional, namun penguatan IHSG menipis dari akhir sesi 1 yang sebesar 0,32%.

Memang, ada beberapa sentimen negatif yang menghantui jalannya perdagangan di kawasan Asia pada hari ini. Pertama, damai dagang AS-China yang masih cukup jauh untuk dicapai. Sejatinya, kedua negara mengeluarkan pernyataan positif setelah menggelar negosiasi dagang di Beijing sepanjang pekan lalu.

Namun, sejauh ini laporan-laporan yang ada mengindikasikan bahwa kedua negara masih cukup jauh dari memecahkan isu-isu seperti pencurian kekayaan intelektual dan pemberian subsidi kepada perusahaan domestik yang selama ini dilakukan oleh pihak China.


Beralih dari perang dagang AS-China, pelaku pasar dihadapkan pada perang dagang AS-Uni Eropa. Uni Eropa bersumpah untuk mengeluarkan kebijakan balasan jika AS mengenakan bea masuk baru bagi impor mobil asal Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan bahwa blok ekonomi tersebut tak akan membeli kedelai dan LNG dari AS.

Juncker berbicara setelah Kementerian Perdagangan AS diketahui telah mengirim rekomendasi ke meja Presiden AS Donald Trump mengenai wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya. Trump punya waktu 90 hari untuk mengambil keputusan berdasarkan rekomendasi tersebut.

Sentimen negatif yang ketiga datang dari Jepang. Pada pagi hari ini, survei Reuters Tankan diumumkan dan menunjukkan bahwa optimisme pelaku usaha sektor manufaktur dan jasa mengalami penurunan pada bulan Februari.

Indeks optimisme pelaku usaha sektor manufaktur turun ke level 13, dari yang sebelumnya 18 pada bulan Januari. Penurunan ini menandai yang ke-4 secara berturut-turut. Sementara itu, indeks optimisme pelaku usaha sektor jasa turun ke level 22, dari yang sebelumnya 31 pada bulan Januari. Penurunan ini merupakan yang pertama dalam 4 bulan.


Lebih parahnya lagi, optimisme pelaku usaha sektor manufaktur dan jasa diproyeksikan terus turun dalam 3 bulan ke depan.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, tekanan bagi perekonomian Jepang tentu akan menghantam laju perekonomian dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/prm) Next Article Tutup Akhir Pekan di Zona Merah, Pergerakan IHSG Flat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular