Walau Agak Lepas Gas, Rupiah Tetap di Podium Teratas

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2019 16:40
Walau Agak Lepas Gas, Rupiah Tetap di Podium Teratas
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah finis di jalur hijau. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah menguat dan memulai pekan dengan baik. 

Pada Senin (18/2/2019), US$ 1 sama dengan Rp 14.105 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,28%. Selepas itu, apresiasi rupiah semakin tebal dan dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.100. 

Namun setelah tengah hari, rupiah bak melepas pedal gas. Kecepatan penguatan rupiah melambat, dan dolar AS kembali ke level Rp 14.100. 

Positifnya, rupiah tidak pernah menyentuh zona merah sepanjang hari ini. Performa yang layak mendapat apresiasi karena sebelumnya mata uang Tanah Air melemah 2 hari berturut-turut. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Penguatan rupiah boleh melambat, tetapi tetap bersinar di Asia. Ya, penguatan 0,25% sudah cukup untuk membawa rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Dalam urusan menguat terhadap dolar AS, rupiah berada di podium teratas. 


Sore ini, mata uang Asia bergerak mixed terhadap dolar AS. Selain rupiah, ada yuan China, dolar Singapura, dan baht Thailand yang menguat. Sedangkan dolar Taiwan, won Korea Selatan, peso Fiiipina, yen Jepang, dan rupee India terperosok ke zona merah.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:12 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Padahal nyaris seharian ini mata uang Asia mayoritas menguat terhadap dolar AS. Apa yang terjadi hingga laju mata uang Asia (termasuk rupiah) melambat? 

Sepertinya investor dibuat cemas oleh perkembangan di AS. Reuters memberitakan bahwa Kementerian Perdagangan AS telah mengirim rekomendasi ke meja Presiden Donald Trump mengenai wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya. 

Trump punya waktu 90 hari untuk mengambil keputusan berdasarkan rekomendasi tersebut. Dunia usaha mengingatkan agar Trump tidak gegabah dengan mengenakan bea masuk. 

US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya menolak pengenaan bea masuk itu. Menurut mereka, bea masuk akan membuat harga jual mobil naik sampai ribuan dolar AS sehingga penjualan terancam turun. Akibatnya dikhawatirkan bisa membuat industri otomotif AS melakukan PHK terhadap ribuan pekerja. 

"Bea masuk ini, kalau diterapkan, malah berpotensi membuat perusahaan memindahkan fasilitas produksinya ke luar negeri dan meninggalkan AS. Tidak ada satu pun perusahaan otomotif yang meminta penyelidikan yang berujung kepada rekomendasi ini," tegas US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya. 

Pengenaan bea masuk ini juga berisiko kembali menyulut perang dagang antara AS dan negara-negara lainnya seperti China, Jepang, dan Uni Eropa. Trump menegaskan bahwa bea masuk bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk impor sekaligus alat negosiasi dagang. 

"Saya suka bea masuk. Namun saya juga suka bernegosiasi," ujarnya, mengutip Reuters. 

Padahal investor sudah berbunga-bunga dengan perkembangan hubungan AS-China yang kian harmonis. Sepertinya damai dagang AS-China sudah terlihat, tidak lagi samar-samar. 


Namun perkembangan seputar bea masuk otomotif ini bisa saja membuat semuanya buyar. Risiko kembalinya perang dagang tidak bisa dikesampingkan. 

Merespons hal ini, investor kembali mundur teratur dan keluar dari instrumen berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya, penguatan rupiah tergerus dan beberapa mata uang Asia justru melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular