
Buruknya Data Dagang China & Indonesia Bebani Harga SUN
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 February 2019 10:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka memerah pada perdagangan di penghujung pekan ini, di tengah terjangan sentimen negatif China dan data neraca perdagangan dalam negeri yang defisit US$ 1,16 miliar pada Januari 2019.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang pailng terkoreksi pagi ini adalah FR0068 dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Berbarengan dengan koreksi itu, harga seri acuan lain juga serempak turun. Koreksi dialami setelah adanya data neraca perdagangan China dan domestik yang lebih buruk dari ekspektasi.
Dari dalam negeri, data BPS mencatat, ekspor pada Januari 2019 turun sebesar 4,7% YoY, sementara impor terkoreksi 1,83% YoY. Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar.
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Brasil, Malaysia, dan India. Di negara maju, mayoritas pasar obligasi menguat sehingga mengindikasikan investor global saat ini masih mengejar instrumen yang lebih aman (safe haven).
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Bertemu Titik Jenuh, Reli Harga Obligasi Diprediksi Terhenti
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang pailng terkoreksi pagi ini adalah FR0068 dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Berbarengan dengan koreksi itu, harga seri acuan lain juga serempak turun. Koreksi dialami setelah adanya data neraca perdagangan China dan domestik yang lebih buruk dari ekspektasi.
Dari dalam negeri, data BPS mencatat, ekspor pada Januari 2019 turun sebesar 4,7% YoY, sementara impor terkoreksi 1,83% YoY. Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 14 Feb 2019 (%) | Yield 15 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 14 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.788 | 7.81 | 2.20 | 7.7728 |
FR0078 | 10 tahun | 7.966 | 7.993 | 2.70 | 7.9331 |
FR0068 | 15 tahun | 8.211 | 8.267 | 5.60 | 8.2199 |
FR0079 | 20 tahun | 8.343 | 8.377 | 3.40 | 8.3472 |
Avg movement | 3.48 |
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Brasil, Malaysia, dan India. Di negara maju, mayoritas pasar obligasi menguat sehingga mengindikasikan investor global saat ini masih mengejar instrumen yang lebih aman (safe haven).
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 14 Feb 2019 (%) | Yield 15 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.96 | 8.94 | -2.00 |
China | 3.047 | 3.095 | 4.80 |
Jerman | 0.122 | 0.115 | -0.70 |
Perancis | 0.549 | 0.544 | -0.50 |
Inggris | 1.183 | 1.174 | -0.90 |
India | 7.534 | 7.511 | -2.30 |
Italia | 2.785 | 2.81 | 2.50 |
Jepang | -0.006 | -0.01 | -0.40 |
Malaysia | 3.982 | 3.967 | -1.50 |
Filipina | 6.299 | 6.343 | 4.40 |
Rusia | 8.24 | 8.41 | 17.00 |
Singapura | 2.149 | 2.15 | 0.10 |
Thailand | 2.435 | 2.46 | 2.50 |
Turki | 14.29 | 14.56 | 27.00 |
Amerika Serikat | 2.707 | 2.695 | -1.20 |
Afrika Selatan | 8.895 | 8.94 | 4.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Bertemu Titik Jenuh, Reli Harga Obligasi Diprediksi Terhenti
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular