
Analisis Teknikal
Rupiah Kembali Konsisten Hajar Dolar As, Sampai Kapan?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
13 February 2019 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada pagi ini, Rabu (13/2/2019) terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah sempat tertekanĀ dalam dua hari terakhir hingga kembali di atas angka psikologis Rp 14.000 per dolar AS.
Hingga pukul 11:08 WIB, rupiah menguat 0,41% ke level Rp 14.008 per US$. Penguatan tersebut cukup tajam hingga menjadikan mata uang Garuda terbaik dibandingkan mata uang utama Asia.
Pelaku pasar tampaknya sudah bisa move on dari data defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) kuartal IV-2018 yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Maklum saja, defisit tersebut merupakan yang paling dalam sejak kuartal II-2014.
Rupiah juga terbantu sentimen luar yang positif dari perkembangan dialog tarif dagang antara AS-China. Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah tiba di Beijing untuk meneruskan dialog dagang yang sudah dimulai sejak awal pekan. "Saya berharap pertemuan ini produktif," ujar Mnuchin, mengutip Reuters.
Pasar berharap kesepakatan damai dagang bisa tercapai sebelum 1 Maret. Untuk menambah optimisme, South China Morning Post memberitakan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan berkunjung ke arena dialog dagang pada Jumat ini.
Secara teknikal, rupiah mulai kembali ke jalur penguatanĀ terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meskipun rupiah masih bergerak tipis di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5). Namun arah grafik menunjukkan dolar AS bergerak turun setelah gagal menembus resistance level yang berada di Rp 14.125 per $US.
Ruang penguatan rupiah tampak masih cukup terbuka karena belum menyentuh posisi jenuh belinya (overbought), jika mengacu pada indikator teknikal bersifat momentum stochastic slow. Bahkan, rupiah berpotensi menuju Rp 13.950 pada pekan ini.
Mata uang garuda memang masih pada fase menguat jika dilihat dari awal tahun. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS yang bergerak empat puluh lima derajat ke bawah (downtrend) terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Ketegangan di AS Justru Bawa Dolar Ungguli Euro & Yen
Hingga pukul 11:08 WIB, rupiah menguat 0,41% ke level Rp 14.008 per US$. Penguatan tersebut cukup tajam hingga menjadikan mata uang Garuda terbaik dibandingkan mata uang utama Asia.
Pelaku pasar tampaknya sudah bisa move on dari data defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) kuartal IV-2018 yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Maklum saja, defisit tersebut merupakan yang paling dalam sejak kuartal II-2014.
Pasar berharap kesepakatan damai dagang bisa tercapai sebelum 1 Maret. Untuk menambah optimisme, South China Morning Post memberitakan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan berkunjung ke arena dialog dagang pada Jumat ini.
Secara teknikal, rupiah mulai kembali ke jalur penguatanĀ terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meskipun rupiah masih bergerak tipis di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5). Namun arah grafik menunjukkan dolar AS bergerak turun setelah gagal menembus resistance level yang berada di Rp 14.125 per $US.
![]() |
Ruang penguatan rupiah tampak masih cukup terbuka karena belum menyentuh posisi jenuh belinya (overbought), jika mengacu pada indikator teknikal bersifat momentum stochastic slow. Bahkan, rupiah berpotensi menuju Rp 13.950 pada pekan ini.
Mata uang garuda memang masih pada fase menguat jika dilihat dari awal tahun. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS yang bergerak empat puluh lima derajat ke bawah (downtrend) terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Ketegangan di AS Justru Bawa Dolar Ungguli Euro & Yen
Most Popular