CAD 2018 Melebar, Apa yang Terjadi?

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
11 February 2019 08:27
Transaksi berjalan pada kuartal IV tahun 2018 (Q418) mengalami defisit sebesar US$ 9,1 miliar atau setara dengan 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Foto: Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi berjalan pada kuartal IV tahun 2018 mengalami defisit hingga US$9,1 miliar atau setara dengan 3,57% dari produk domestik bruto (PDB).

Jika dilihat secara keseluruhan tahun (full year) defisit transaksi berjalan (current account defisit/ CAD) ini mencapai US$31 miliar atau setara dengan 2,98% dari PDB.


Bank Indonesia pada Jumat (8/2/2019) mengatakan defisit transaksi berjalan tersebut masih terjaga karena berada di bawah batas aman, yakni 3% dari PDB. Padahal, defisit transaksi berjalan tahun 2018 merupakan yang terparah sejak tahun 2014.

Salah satu penyebab utama dari bengkaknya defisit transaksi berjalan adalah impor yang tumbuh subur mencapai US$29,2 miliar, tidak sebanding dengan pertumbuhan ekspor yang hanya US$17,64 miliar.

Apalagi, gejolak harga komoditas terutama migas sangat sulit diprediksi.

Harga rata-rata minyak selama tahun 2018 melonjak sekitar 30% dari tahun sebelumnya. Hal ini tentu berdampak buruk, mengingat impor minyak Indonesia sangat besar, bahkan jauh lebih besar dari eskpor. Hasilnya, defisit migas membengkak hingga menyentuh US$11,5 miliar.

CAD 2018 Melebar, Apa yang Terjadi?Foto: infografis/infografis makin bengkak INI kinerja transaksi berjalan di era presiden jokowi/Aristya rahadian Krisabella

Sementara itu, harga-harga komoditas ekspor Indonesia juga anjlok. Sepanjang tahun 2018 harga CPO (crude palm oil/ minyak kelapa sawit mentah) turun 15,26%, begitu juga dengan harga komoditas lain seperti karet yang turun 16,26%, tembaga turun 20,28%, nikel turun 16,45%, dan alumunium turun 19,28%.

Untungnya, harga batu bara masih relatif stabil dengan kenaikan tipis 1,24% di tahun 2018.

Guna mengatasi defisit transaksi berjalan dan menjaganya tetap di bawah batas aman, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan akan menerapkan kebijakan moneter terhadap suku bunga.


Perry meyakini kebijakan tersebut dapat menurunkan defisit transaksi berjalan serta menjaga stabilitas eksternal, seperti nilai tukar rupiah.

Sedangkan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi, pihaknya akan menerapkan kebijakan moneter terhadap likuiditas.

"Jadi kebijakan moneter suku bunga masih diarahkan menjaga stabilitas eksternal, untuk nilai tukar dan menurunkan defisit transaksi berjalan," kata Perry, Jumat (8/2/2019).

"Tapi, arah kebijakan likuiditas tetap kami kendorkan. Likuiditas perbankan sudah kami lakukan injeksi melalui operasi moneter. Secara keseluruhan kondisi likuiditas perbankan masih cukup. Kebijakan likuiditas kami arahkan pro-growth," tandasnya.

Saksikan video konferensi pers pengumuman angka CAD berikut ini.


(prm) Next Article CAD 2020 Ramping, Awas 2021 Bisa Melar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular