
Selama Januari 2019, Jumlah Investor Bertambah Dua Kali Lipat
Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 February 2019 16:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Penambahan jumlah investor saham sepanjang Januari 2019 mencapai 23 ribu single investor identification (SID). Jumlah tersebut naik dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, yang hanya mengalami peningkatan sebesar 11 ribu SID saja.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan capaian awal tahun tersebut membuat bursa optimis pertumbuhan investor sepanjang tahun ini bisa mencapai 300 ribu SID, lebih tinggi ketimbang tahun lalu yang sebesar 230 ribu SID.
"Harapannya semester satu bisa 1 juta SID saham. Per hari ini sudah mencapai 880 ribu, jadi 120 ribu sisanya untuk 1 juta, kalau tidak di akhir semester 1 ya di awal semester 2," kata Hasan di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (8/2).
Bursa kian gencar untuk meningkatkan jumlah investor saham, tak hanya ritel namun juga investor institusional.
Dalam hal meningkatkan jumlah investor ritel, bursa aktif melaksanakan sekolah pasar modal (SPM) yang bekerja sama dengan sejumlah Anggota Bursa (AB). Langkah ini dinilai efektof, sebab yang setiap peserta yang ikut SPM langsung dibuat rekening sahamnya sehingga praktek bisa langsung dilakukan.
"SPM ini tak hanya meningkatka jumlah investorm tapi juga meningkatkan inklusi sehingga mereka juga aktif melakukan transaksi," imbuh dia.
Selain itu, bursa juga tahun ini menargetkan penambahan 60 galeri investasi baru yang ditujukan untuk menarik minat investor di kalangan mahasiswa.
Sementara itu, calon investor institusional yang potensial juga tak lepas dari target bursa. Belum lama ini bursa telah menandatangani kerja sama dengan Asosiasi Dana Pensiun untuk perencanaan alokasi investasi di instrumen saham.
Saat ini instritusi besar seperti dana pensiun dinilai masih rendah porsinya dalam portofolio saham, hal ini terkendala dengan strategi investasi yang berkebalikan dengan pengukuran kinerjanya. Untuk itu bursa aktif memberikan edukasi yang diharapkan dapat meningkatkan investasinya di saham menjadi 20% dari total alokasi investasinya, sementara saat ini rata-ratanya bari 11% saja.
"Kita inginnya agar sama dengan dapen luar negeri. Untuk capai target investasi signifikan tidak ada cara lain selain beri porsi signifikan ke instrumen yang berikan return lebih tinggi yaitu ke saham. Saat ini yang sudah mulai dengan dapen Astra, nanti dengan (dapen) Telkom dan Pertamina," jelas dia.
(hps) Next Article 43 Tahun Investor RI Baru 3 Juta, Harus Senang atau Sedih?
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan capaian awal tahun tersebut membuat bursa optimis pertumbuhan investor sepanjang tahun ini bisa mencapai 300 ribu SID, lebih tinggi ketimbang tahun lalu yang sebesar 230 ribu SID.
"Harapannya semester satu bisa 1 juta SID saham. Per hari ini sudah mencapai 880 ribu, jadi 120 ribu sisanya untuk 1 juta, kalau tidak di akhir semester 1 ya di awal semester 2," kata Hasan di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (8/2).
Dalam hal meningkatkan jumlah investor ritel, bursa aktif melaksanakan sekolah pasar modal (SPM) yang bekerja sama dengan sejumlah Anggota Bursa (AB). Langkah ini dinilai efektof, sebab yang setiap peserta yang ikut SPM langsung dibuat rekening sahamnya sehingga praktek bisa langsung dilakukan.
"SPM ini tak hanya meningkatka jumlah investorm tapi juga meningkatkan inklusi sehingga mereka juga aktif melakukan transaksi," imbuh dia.
Selain itu, bursa juga tahun ini menargetkan penambahan 60 galeri investasi baru yang ditujukan untuk menarik minat investor di kalangan mahasiswa.
Sementara itu, calon investor institusional yang potensial juga tak lepas dari target bursa. Belum lama ini bursa telah menandatangani kerja sama dengan Asosiasi Dana Pensiun untuk perencanaan alokasi investasi di instrumen saham.
Saat ini instritusi besar seperti dana pensiun dinilai masih rendah porsinya dalam portofolio saham, hal ini terkendala dengan strategi investasi yang berkebalikan dengan pengukuran kinerjanya. Untuk itu bursa aktif memberikan edukasi yang diharapkan dapat meningkatkan investasinya di saham menjadi 20% dari total alokasi investasinya, sementara saat ini rata-ratanya bari 11% saja.
"Kita inginnya agar sama dengan dapen luar negeri. Untuk capai target investasi signifikan tidak ada cara lain selain beri porsi signifikan ke instrumen yang berikan return lebih tinggi yaitu ke saham. Saat ini yang sudah mulai dengan dapen Astra, nanti dengan (dapen) Telkom dan Pertamina," jelas dia.
(hps) Next Article 43 Tahun Investor RI Baru 3 Juta, Harus Senang atau Sedih?
Most Popular