Jelang Imlek, Duo Saham 'Makmur' Bagikan Cuan Tertinggi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 February 2019 18:11
Jelang Imlek, Duo Saham 'Makmur' Bagikan Cuan Tertinggi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan  (IHSG) tercatat menguat 3,3% dalam sebulan terakhir. Dua saham yakni PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) merajai dari sisi perolehan capital gain (keuntungan dari kenaikan harga saham).

Saham PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) dalam sebulan terakhir tercatat naik 126,5%, dan terakhir diperdagangkan pada level Rp 308/unit. Sepanjang tahun berjalan, saham perusahaan yang berdiri tahun 1985 dan tercatat di bursa pada 1994 ini terhitung meroket 234,8%.

Sejak berhenti beroperasi pada Juli 2015, emiten produsen kemasan (flexible packaging) ini memutuskan menjadi pengolah limbah dan belakangan mengumumkan rencananya untuk banting stir ke bisnis properti dan tambang.

Di posisi kedua, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 86%, dan terakhir diperdagangkan di level Rp 294/unit. Secara tahun berjalan, saham emiten rokok ini sudah melejit 108,51%.

Emiten rokok sejauh ini mendapatkan berkah dari kebijakan pemerintah yang menunda kenaikan cukai rokok di sepanjang tahun politik ini.

Menyusul SIMA dan WIIM, saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) tercatat naik 92,9% ke Rp 710 per unit. Kenaikan tersebut mengiringi keputusan perseroan menggarap bisnis lelang kendaraan.

Sementara itu, saham PT Indosat Tbk (ISAT) naik 79,7% ke Rp 3.100 setelah perseroan mengumumkan rencana pelayanan business to business (B2B) dan internet segala (internet of things/IoT), di tengah beredarnya rumor konsolidasi dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Adapun saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) menguat 79,5% ke Rp 1.140, menyusul beredarnya kabar bahwa bank milik grup Astra tersebut menjadi satu dari beberapa bank yang dilirik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai target akuisisi.

NEXT

Di sisi lain, saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) memimpin koreksi sebulan terakhir, yakni sebesar 63,6% ke Rp 168 per unit, setelah salah satu unit usahanya yakni PT Putra Taro Paloma berada dalam status penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Saham PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA) berada di posisi kedua paling boncos, dengan penurunan sebesar 52,6%. Emiten properti ini tengah menggarap setidaknya tiga proyek besar, yaitu  Nifarro Park Apartment di Jakarta Selatan, East CBD di Surabaya, dan Pasar Modern—Royal Betawi Apartment di Banten.

Per September 2018, pendapatan perseroan terpangkas Rp 70,42 miliar, menjadi hanya Rp 89,44 miliar. Padahal, pada September 2018 perseroan masih membukukan pendapatan sebesar Rp 159,86 miliar.

Selanjutnya, saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) koreksi 40,2%. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini mengumumkan perseroan masuk ke dalam emiten yang membukukan ekuitas negatif dalam laporan keuangannya.

Artinya, perseroan menghadapi persoalan sistemik dalam kinerjanya yang berujung pada kenaikan kewajiban atau liabilitas hingga melampaui aset yang dimilikinya. Emiten dalam kondisi ini pada umumnya meerlukan restrukturisasi keuangan.

Selanjutnya, saham PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) terkoreksi 38,6% menjadi Rp 1.590 per unit, diikuti saham PT Onix Capital Tbk (OCAP) yang turun 38% menjadi Rp 170/saham dan saham PT Global Teleshop Tbk (GLOB) yang melemah 35,2% ke Rp 408 per saham.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular