
Analisis Teknikal
Intip Arah IHSG Sebelum Data Pertumbuhan Ekonomi 2018 Dirilis
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 February 2019 13:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Hanya dalam hitungan jam, data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2018 akan segera dirilis. Rencananya Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada Rabu (6/2/2019), pukul 11:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan 5,15% untuk keseluruhan 2018. Jika terwujud, maka capaian ini lebih baik ketimbang 2017 di mana kala itu ekonomi Indonesia tumbuh 5,07%.
Positifnya, pertumbuhan ekonomi 5,15% (jika terjadi) akan menjadi capaian terbaik sejak 2013. Bahkan menjadi rekor tertinggi pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), meski sangat jauh dari target pertumbuhan 7% seperti yang dijanjikannya saat kampanye pada 2014.
PT Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan konsensus CNBC Indonesia dengan berada pada level 5,15-5,16% secara tahunan. Konsumsi domestik masih akan menjadi penopang terbesar pertumbuhan ekonomi seiring dengan penjualan ritel yang tumbuh pada kuartal keempat.
"Domestic consumption tumbuh cukup kuat dilihat dari pertumbuhan ritel rata rata September-Desember 2018 tumbuh 4,6%, sama seperti kuartal ketiga 2018," ujar Ekonom Samuel Sekuritas, Achmad Mikail, saat ditemui CNBC Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (4/2/2019).
Jadi, Ke mana Esok IHSG akan Mengarah?
Dampak dari pengumuman pertumbuhan ekonomi sudah mulai terasa di pasar saham. Pelaku pasar optimistis dan melego saham koleksinya hingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,87% ke level 6.481. Hal itu bukan tanpa sebab. Masalahnya adalah asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2018 yang dirasa terlalu tinggi mencapai 5,4%.
Tim Riset CNBC Indonesia berkeyakinan IHSG akan kembali menguat dalam merespons pengumuman pertumbuhan ekonomi oleh BPS di atas konsensus CNBC Indonesia. Secara teknikal, penguatannya berpotensi menuju 6.550 sebagai resistance level.
Namun, apabila hasilnya di bawah konsensus dari beberapa analis, IHSG berpotensi kembali kembali melemah dan menguji level 6.436 sebagai support level.
Perlu diketahui bahwa IHSG saat ini bergerak di bawah rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5), atau memiliki kecenderungan terkoreksi dalam jangka pendek.
Berkaca pada tahun sebelumnya, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, yakni sebesar 2,69 persen, diikuti oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 1,98 persen.
Sehingga saham-saham sektor barang konsumsi atau konsumer perlu diperhatikan karena berpotensi mengalami kenaikan, terpengaruh rilis pertumbuhan ekonomi. Di antara saham-saham sektor barang konsumer yang perlu dicermati antara lain, GGRM, HMSP, ICBP dan INDF.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan 5,15% untuk keseluruhan 2018. Jika terwujud, maka capaian ini lebih baik ketimbang 2017 di mana kala itu ekonomi Indonesia tumbuh 5,07%.
Positifnya, pertumbuhan ekonomi 5,15% (jika terjadi) akan menjadi capaian terbaik sejak 2013. Bahkan menjadi rekor tertinggi pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), meski sangat jauh dari target pertumbuhan 7% seperti yang dijanjikannya saat kampanye pada 2014.
"Domestic consumption tumbuh cukup kuat dilihat dari pertumbuhan ritel rata rata September-Desember 2018 tumbuh 4,6%, sama seperti kuartal ketiga 2018," ujar Ekonom Samuel Sekuritas, Achmad Mikail, saat ditemui CNBC Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (4/2/2019).
Jadi, Ke mana Esok IHSG akan Mengarah?
Dampak dari pengumuman pertumbuhan ekonomi sudah mulai terasa di pasar saham. Pelaku pasar optimistis dan melego saham koleksinya hingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,87% ke level 6.481. Hal itu bukan tanpa sebab. Masalahnya adalah asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2018 yang dirasa terlalu tinggi mencapai 5,4%.
Tim Riset CNBC Indonesia berkeyakinan IHSG akan kembali menguat dalam merespons pengumuman pertumbuhan ekonomi oleh BPS di atas konsensus CNBC Indonesia. Secara teknikal, penguatannya berpotensi menuju 6.550 sebagai resistance level.
Namun, apabila hasilnya di bawah konsensus dari beberapa analis, IHSG berpotensi kembali kembali melemah dan menguji level 6.436 sebagai support level.
![]() |
Berkaca pada tahun sebelumnya, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, yakni sebesar 2,69 persen, diikuti oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 1,98 persen.
Sehingga saham-saham sektor barang konsumsi atau konsumer perlu diperhatikan karena berpotensi mengalami kenaikan, terpengaruh rilis pertumbuhan ekonomi. Di antara saham-saham sektor barang konsumer yang perlu dicermati antara lain, GGRM, HMSP, ICBP dan INDF.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular