Ini Jurus Andalan Gubernur BI Dukung Pertumbuhan Ekonomi
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 January 2019 12:54
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, membeberkan strateginya agar kebijakan bank sentral tetap pro-pertumbuhan, saat siklus kenaikan suku bunga acuan diperkirakan telah mencapai puncaknya. Karena defisit transaksi berjalan (CAD) masih perlu didorong turun.
"Sejak kembali dari IMF, saya menerapkan policy mix atau bauran kebijakan, menggabungkan [kebijakan moneter] dengan makroprudensial," kata Perry, dalam acara Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
"Penggabungan ini lebih baik bagi Indonesia, berdasarkan desain, kerangka kerja, kebijakan suku bunga kita selalu memastikan inflasi tetap terjaga," tegasnya.
Ia juga mengatakan, kebijakan yang diambil bank sentral haruslah bersifat pre-emptive dan ahead of the curve, langkah yang selama ini selalu ia dengung-dengungkan.
"Jika Anda menghadapi ketidakpastian, Anda harus pre-emptive terhadap ketidakpastian atau risiko tersebut. Kebijakan policy mix sangat jelas membuat aset keuangan dalam negeri menarik."
Dalam kesempatan tersebut, Perry menyebut, beberapa risiko eksternal yang disebutnya dapat memengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Beberapa di antaranya adalah dampak penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) atau government shutdown, perlambatan ekonomi di China, dan ketidakpastian Brexit di Inggris.
"Kita sebagai ekonomi terbuka terus-menerus bertemu membahas itu. Kita selalu memutakhirkan informasi kita setiap bulannya," tambah Perry.
(prm/wed) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021
"Sejak kembali dari IMF, saya menerapkan policy mix atau bauran kebijakan, menggabungkan [kebijakan moneter] dengan makroprudensial," kata Perry, dalam acara Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
 Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Mandiri Investment Forum 2019 (CNBC Indonesia/Donald Banjarnahor) |
"Penggabungan ini lebih baik bagi Indonesia, berdasarkan desain, kerangka kerja, kebijakan suku bunga kita selalu memastikan inflasi tetap terjaga," tegasnya.
"Jika Anda menghadapi ketidakpastian, Anda harus pre-emptive terhadap ketidakpastian atau risiko tersebut. Kebijakan policy mix sangat jelas membuat aset keuangan dalam negeri menarik."
Dalam kesempatan tersebut, Perry menyebut, beberapa risiko eksternal yang disebutnya dapat memengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Beberapa di antaranya adalah dampak penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) atau government shutdown, perlambatan ekonomi di China, dan ketidakpastian Brexit di Inggris.
"Kita sebagai ekonomi terbuka terus-menerus bertemu membahas itu. Kita selalu memutakhirkan informasi kita setiap bulannya," tambah Perry.
(prm/wed) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular