
Pasar Jenuh Beli, Harga CPO Terpeleset
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 January 2019 13:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) hari ini (29/1/2019) kembali melemah.
Hingga pukul 12:30 WIB, harga CPO kontrak April di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi sebesar 1,16% ke posisi MYR 2.300/ton, setelah ditutup naik 1,43% pada perdagangan kemarin (28/1/2019).
Sejak pekan lalu, harga CPO sudah naik sebesar 1,63% secara point-to-point. Sedangkan performa tahunan komoditas agrikultur andalan Indonesia ini tercatat menguat sebesar 8,44%.
Menurut pelaku pasar, turunnya harga CPO pada hari ini sebagai akibat dari kondisi pasar yang sudah jenuh beli (overbought) karena harganya sudah menyentuh posisi tertinggi dalam 6 bulan kemarin.
"Pasar dalam kondisi overbought, jadi turunnya harga bukan sesuatu hal yang mengejutkan," kata salah seorang pialang di Kuala Lumpur, seperti yang dilansir Reuters.
Anjloknya harga minyak bumi kemari juga menjadi tekanan bagi harga CPO. Sebab CPO merupakan salah satu bahan baku biodisel yang merupakan produk substitusi dari disel yang berasal dari minyak bumi.
Sebagai informasi, kemarin harga minyak mentah jenis Brent dan WTI ditutup melemah masing-masing sebesar 2,77% dan 3,17%.
Di sisi lain, melemahnya harga minyak kedelai hari ini yang sebesar 0,6% juga membawa awan kelabu bagi harga CPO. Pasalnya minyak kedelai merupakan produk substitusi langsung dari minyak sawit.
Namun demikian masih ada sentimen positif yang bisa memberikan energi bagi harga CPO, membuat pelemahan hari ini tidak terlalu parah.
Nilai ekspor CPO Malaysia pada periode 1-25 Januari meningkat 12% ke posisi 1,2 juta ton dari bulan sebelumnya yang hanya 1 juta ton, berdasarkan rilis data survei kargo yang dilakukan Societe Generale de Surveillance (SGS) hari ini.
Selain itu produksi sawit sepanjang Desember-Maret juga diprediksi akan turun akibat dari faktor musiman.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono.
"Dari sisi [perkebunan] sawit pasti Desember-Maret produksinya turun karena siklusnya turun," ujar Joko Supriyono usai diskusi di bilangan Menteng, Rabu (9/1/2019).
Naiknya ekspor di saat produksi sedang lesu membuat pelaku pasar kembali optimis cadangan minyak sawit yang menumpuk tahun lalu bisa dikurangi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Diproyeksi Supply Sawit Turun & Harga CPO Dikisaran USD 540
Hingga pukul 12:30 WIB, harga CPO kontrak April di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi sebesar 1,16% ke posisi MYR 2.300/ton, setelah ditutup naik 1,43% pada perdagangan kemarin (28/1/2019).
Sejak pekan lalu, harga CPO sudah naik sebesar 1,63% secara point-to-point. Sedangkan performa tahunan komoditas agrikultur andalan Indonesia ini tercatat menguat sebesar 8,44%.
Menurut pelaku pasar, turunnya harga CPO pada hari ini sebagai akibat dari kondisi pasar yang sudah jenuh beli (overbought) karena harganya sudah menyentuh posisi tertinggi dalam 6 bulan kemarin.
"Pasar dalam kondisi overbought, jadi turunnya harga bukan sesuatu hal yang mengejutkan," kata salah seorang pialang di Kuala Lumpur, seperti yang dilansir Reuters.
Anjloknya harga minyak bumi kemari juga menjadi tekanan bagi harga CPO. Sebab CPO merupakan salah satu bahan baku biodisel yang merupakan produk substitusi dari disel yang berasal dari minyak bumi.
Sebagai informasi, kemarin harga minyak mentah jenis Brent dan WTI ditutup melemah masing-masing sebesar 2,77% dan 3,17%.
Di sisi lain, melemahnya harga minyak kedelai hari ini yang sebesar 0,6% juga membawa awan kelabu bagi harga CPO. Pasalnya minyak kedelai merupakan produk substitusi langsung dari minyak sawit.
Namun demikian masih ada sentimen positif yang bisa memberikan energi bagi harga CPO, membuat pelemahan hari ini tidak terlalu parah.
Nilai ekspor CPO Malaysia pada periode 1-25 Januari meningkat 12% ke posisi 1,2 juta ton dari bulan sebelumnya yang hanya 1 juta ton, berdasarkan rilis data survei kargo yang dilakukan Societe Generale de Surveillance (SGS) hari ini.
Selain itu produksi sawit sepanjang Desember-Maret juga diprediksi akan turun akibat dari faktor musiman.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono.
"Dari sisi [perkebunan] sawit pasti Desember-Maret produksinya turun karena siklusnya turun," ujar Joko Supriyono usai diskusi di bilangan Menteng, Rabu (9/1/2019).
Naiknya ekspor di saat produksi sedang lesu membuat pelaku pasar kembali optimis cadangan minyak sawit yang menumpuk tahun lalu bisa dikurangi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Diproyeksi Supply Sawit Turun & Harga CPO Dikisaran USD 540
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular