
Dari GGRM Hingga TSPC, Ini Dia Saham Barang Konsumsi Termurah
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
29 January 2019 13:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa (29/1/2019) mengalami koreksi 0,13% ke level 6.450,48. Di tengah koreksi pasar saham tersebut, sektor barang konsumsi menjadi penahan laju koreksi IHSG tidak lebih dalam.
Pasalnya indeks sektor ini pada perdagangan sesi I mengalami penguatan 0,64% meninggalkan sembilan sektor lainnya. Secara valuasi, berdasarkan data Refinitiv price to earning (PE) sektor ini berada pada kisaran 28,17x, lebih tinggi dibanding PE IHSG yang berada pada level 16,31x.
Mari kita sortir satu persatu emiten dari sektor ini dari 20 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dengan valuasi yang relatif murah dibandingkan sektornya.
Pertama, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) nilai PE saham ini tercatat 20,13x. Relatif lebih murah dari peers-nya di sektor ini, dan patut dicatat rata-rata pertumbuhan dividen yang diberikan GGRM dalam 5 tahun ini sebesar 26,58%.
Lalu saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) punya PE sebesar 18,22x juga lebih rendah dari sektornya. Dalam lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan dividen mencapai 5,08%.
Disusul saham PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan PE 21,14x. Secara year to date harga saham ULTJ tercatat turun 8,89% dan besaran nilai dividen yang diberikan cenderung sama.
Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga relatif murah dari sektor ini. PE ratio saham ini pada kisaran 19,26x dan harga saham SIDO dari awal tahun terkoreksi 2,38%.
Terakhir adalah saham PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) yang punya PE sebesar 13,63x. Harga saham TSPC year to date tercatat naik 14,39%.
Namun sayang, dividen yang dibagikan TSPC dalam lima tahun terakhir rata-rata turun 11,81%.
Sekedar catatan, salah satu pembentuk ekspektasi investor mengakumulasi saham-saham sektor barang konsumsi adalah terkait isu daya beli. Menurut perkiraan Bank Indonesia (BI) angka inflasi pada Januari 2019 masih terkendali.
BI memprediksi inflasi Januari 2019 berada pada kisaran 0,48% secara bulanan. Angka inflasi tersebut dinilai wajar karena harga pangan cenderung terkendali.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan kondisi tersebut ia optimistis target inflasi 3,5% plus minus 1% hingga akhir tahun bisa tercapai.
"Inflasi berdasarkan pemantauan harga sampai minggu ke-4 [Januari] angka perkiraan inflasi Jan 0,48% month to month [bulanan] dan 2,98% secara year on year [tahunan]," kata Perry di BI, Jumat (25/01/2018), usai melaksanakan Sholat Jumat.
(hps/tas) Next Article Pajak Impor Naik, Ini Dampak ke Saham Barang Konsumsi
Pasalnya indeks sektor ini pada perdagangan sesi I mengalami penguatan 0,64% meninggalkan sembilan sektor lainnya. Secara valuasi, berdasarkan data Refinitiv price to earning (PE) sektor ini berada pada kisaran 28,17x, lebih tinggi dibanding PE IHSG yang berada pada level 16,31x.
Mari kita sortir satu persatu emiten dari sektor ini dari 20 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dengan valuasi yang relatif murah dibandingkan sektornya.
![]() |
Pertama, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) nilai PE saham ini tercatat 20,13x. Relatif lebih murah dari peers-nya di sektor ini, dan patut dicatat rata-rata pertumbuhan dividen yang diberikan GGRM dalam 5 tahun ini sebesar 26,58%.
Disusul saham PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) dengan PE 21,14x. Secara year to date harga saham ULTJ tercatat turun 8,89% dan besaran nilai dividen yang diberikan cenderung sama.
Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga relatif murah dari sektor ini. PE ratio saham ini pada kisaran 19,26x dan harga saham SIDO dari awal tahun terkoreksi 2,38%.
Terakhir adalah saham PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) yang punya PE sebesar 13,63x. Harga saham TSPC year to date tercatat naik 14,39%.
Namun sayang, dividen yang dibagikan TSPC dalam lima tahun terakhir rata-rata turun 11,81%.
Sekedar catatan, salah satu pembentuk ekspektasi investor mengakumulasi saham-saham sektor barang konsumsi adalah terkait isu daya beli. Menurut perkiraan Bank Indonesia (BI) angka inflasi pada Januari 2019 masih terkendali.
BI memprediksi inflasi Januari 2019 berada pada kisaran 0,48% secara bulanan. Angka inflasi tersebut dinilai wajar karena harga pangan cenderung terkendali.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan kondisi tersebut ia optimistis target inflasi 3,5% plus minus 1% hingga akhir tahun bisa tercapai.
"Inflasi berdasarkan pemantauan harga sampai minggu ke-4 [Januari] angka perkiraan inflasi Jan 0,48% month to month [bulanan] dan 2,98% secara year on year [tahunan]," kata Perry di BI, Jumat (25/01/2018), usai melaksanakan Sholat Jumat.
(hps/tas) Next Article Pajak Impor Naik, Ini Dampak ke Saham Barang Konsumsi
Most Popular