
Saham Unilever Terjun Bebas, Sudah di Level Harga Rp 3.900-an

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terus mengalami penurunan yang tajam. Dalam setahun terakhir kapitalisasi pasar UNVR sudah tergerus 51,56%.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (17/9/2021) saham UNVR kembali terkoreksi. Hingga pukul 10.40 WIB, saham emiten konsumen blue chip ini turun 1,25% ke Rp 3.960/unit.
Untuk pertama kalinya sejak tahun 2012, harga UNVR harus kembali ke bawah level psikologisnya Rp 4.000/unit. Asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 13 miliar pada saham UNVR.
Saham emiten berbagai produk konsumen ini terus mengalami penurunan parah sejak melakukan stock split. Pada 6 Januari 2020, UNVR resmi memecah nilai nominal sahamnya dengan perbandingan 1:5.
Saat itu harganya masih di Rp 8.475/unit. Dengan harga sekarang yang sudah di bawah Rp 4.000/unit artinya penurunan tajam memang terjadi setelah stock split.
Pasca kedatangan Covid-19 di Indonesia yang menyebabkan UNVR sempat anjlok parah dalam waktu singkat Maret silam, harga UNVR sempat rebound sebelum akhirnya kembali merosot.
Dengan penurunan harga yang tajam ini, apakah saham UNVR masih menarik untuk dikoleksi dan apakah ada potensi upside ke depan?
Pertama, UNVR merupakan perusahaan yang sudah berada di tahap mature. Artinya secara growth akan cenderung stagnan.
Memang UNVR konsisten mencatatkan laba dan membagi dividen, bahkan tercatat seringkali emiten membagikan seluruh laba bersihnya sebagai dividen sehingga memang jelas manajemen kurang berniat untuk melakukan ekspansi.
Meskipun demikian Dividend Yield UNVR yang berada di kisaran 4% masih kalah jika dibandingkan dengan obligasi pemerintah acuan (SUN 10 tahun) yang masih di kisaran 6,1% saat ini.
Apalagi jika mempertimbangkan aset saham yang lebih berisiko dibanding obligasi pemerintah yang cenderung sangat rendah resikonya. Ditambah lagi dengan harga yang terus menurun yang membuat saham ini menjadi kurang dilirik.
Momentum tahun 2021 dan 2022 juga diyakini sebagai tahun perbaikan ekonomi sehingga sektor siklikal akan cenderung lebih digemari para investor dibandingkan dengan sektor difensif yang merupakan sektor usaha utama UNVR.
Sentimen lain yang juga mempengaruhi pergerakan harga saham UNVR adalah rencana rebalancing IHSG dengan perhitungan free float based market cap dari sebelumnya market cap weighted.
Perubahan perhitungan indeks ini jelas akan berdampak pada emiten yang ada di bursa domestik tak terkecuali UNVR. Saham UNVR yang berdar di publik saat ini hanya 15% saja. Apabila pada Oktober nanti akan ada adjustment 30% free float maka bobot UNVR akan turun dari sebelumnya 3% menjadi di bawah 2%.
Rebalancing IHSG tentu saja akan membuat para pengelola dana juga ikut melakukan portofolio rebalancing guna mengikuti pembobotan yang ada. Penurunan bobot UNVR pada akhirnya akan membuat inflow dana ke saham ini menjadi berkurang. Alhasil harganya menjadi sulit untuk terangkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jaga Pertumbuhan, Unilever Teruskan 5 Strategi Jitu