Jelang Rapat The Fed, Harga Emas Melambung Lagi

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 January 2019 17:09
Sore hari ini (28/1/2019) hingga pukul 16:30 WIB, harga emas di pasar berjangka kontrak Februari 2019 menguat sebesar 0,15% ke posisi US$ 1.300/troy ounce
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Jakarta, CNBC Indonesia - Sore hari ini, Senin (28/1/2019) hingga pukul 16:30 WIB, harga emas di pasar berjangka kontrak Februari 2019 menguat sebesar 0,15% ke posisi US$ 1.300/troy ounce, setelah juga naik 1,43% ke posisi US$ 1.298,1/troy ounce akhir pekan lalu (25/1/2019).

Secara mingguan harga emas menguat 1,36% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga komoditas ini tercatat naik 1,46%.



Harga emas hari ini mendapat dukungan dari investor yang masih menunggu hasil rapat bulanan Dewan Pengambil Kebijakan (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan berlangsung pada 29-30 Januari. Hasil rapat tersebut diperkirakan akan mengukuhkan posisi suku bunga acuan The Fed (FFR) yang belakangan diprediksi bertahan di kisaran 2,25-2,5% (tidak naik sama sekali).

Seperti yang telah diketahui bahwa tahun lalu The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali, membuat nilai tukar dolar berada di atas angin. Bila benar The Fed tidak menaikkan suku bunga, maka besar kemungkinan dolar akan lebih banyak dilepas menyusul pengumuman The Fed pada tanggal 30 mendatang.

Terlebih lagi kalau bersama pengumumannya, The Fed memberi pernyataan yang memberi kesan semakin dovish, bisa-bisa dolar diobral.


Bila benar dolar banyak dilepas kala itu, maka harga emas bisa kembali meroket. Harga emas memang berkorelasi negatif dengan nilai dolar, karena pada saat nilai dolar melemah akan membuat harga emas relatif lebih murah bagi pemegang mata uang selain dolar.

"Pertemuan The Fed minggu ini bisa menjadi instrumen dalam memicu lebih banyak penjualan dolar," kata Edward Meir, analis INTL FCStone dalam catatannya. "Itulah sebabnya kami akan tetap mempertahankan emas minggu ini," tambahnya, mengutip Reuters.

Sama halnya di Eropa, minggu lalu Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi membuat peringatan bahwa perlambatan ekonomi di Zona Euro bisa lebih parah dari yang diperkirakan. Hal tersebut memperkuat sinyal bahwa ECB kembali menunda kenaikan suku bunganya hingga awal tahun depan (2020).

Pelaku pasar juga masih mengamati perkembangan Brexit. Kabar terbaru, dini hari nanti akan digelar pemungutan suara di parlemen perihal langkah selanjutnya dalam memproses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Dalam kondisi yang masih gamang seperti ini, investor cenderung mengamankan nilai kekayaan, membuat emas dijadikan pelindung nilai. Tak heran karena nilainya memang relatif lebih stabil dibanding instrumen beresiko lainnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/prm) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular