
Setelah Menguat 7 Hari, Harga CPO Kembali Turun
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 January 2019 18:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini (25/1/2019) harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) akhirnya melemah setelah 7 hari berturut-turut menguat hingga kemarin (24/1/2019)
Hingga penutupan pasar, harga kelapa sawit mentah (CPO) kontrak April di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,22% ke posisi MYR 2.292/ton, setelah ditutup menguat 0,61% pada perdagangan kemarin.
Secara mingguan, harga CPO menguat sebesar 2,96% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini telah terangkat 5,82%.
Melemahnya harga CPO pada hari ini nampaknya dipengaruhi oleh nilai tukar Ringgit Malaysia yang menguat 0,45% terhadap dolar di posisi MYR 4,12/US$. Menguatnya nilai tukar Ringgit membuat harga minyak sawit menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan membuat CPO sedikit kehilangan daya tariknya.
Selain itu, aksi ambil untung juga diduga ikut berperan dalam melemahnya harga CPO hari ini. Maklum, harga CPO sudah melonjak 2,96% selama sepekan terakhir dan hari ini merupakan akhir pekan.
Namun demikian, pelaku pasar masih optimis harga CPO masih dalam tren menanjak.
"Permintaan masih tinggi, dan stok akan berkurang," ujar salah satu pialang yang berbasis di Kuala Lumpur.
Prediksi berkurangnya cadangan minyak sawit yang sempat banjir di akhir 2018 juga menjadi sentimen positif yang bisa membawa harga CPO lebih tinggi lagi. Analis memperkirakan bahwa produksi sawit di kuartal I-2019 akan menurun.
Turunnya produksi pada awal tahun memang hal yang wajar, mengingat pada periode Januari-Maret produksi minyak sawit memang cenderung menurun akibat faktor musiman.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono.
"Dari sisi [perkebunan] sawit pasti Desember-Maret produksinya turun karena siklusnya turun," ujar Joko Supriyono usai diskusi di bilangan Menteng, Rabu (9/1/2019).
Terlebih lagi, konsensus pasar yang berhasil dihimpun oleh Reuters memprediksi harga rata-rata CPO di tahun 2019 naik 3% dari tahun lalu menjadi MYR 2.375/ton. Konsensus terdiri dari 18 analis dan pelaku industri.
Naiknya prediksi tersebut disebabkan karena faktor pertumbuhan produksi sawit yang nampaknya tidak akan setinggi tahun lalu.
"Prediksi harga tahun ini harusnya lebih baik dari 2018, karena pohon kelapa sawit butuh istirahat," kata salah satu petani kelapa sawit di Indonesia, mengutip Reuters.
Berdasarkan konsensus yang terdiri dari 9 responden, produksi minyak sawit Indonesia tahun ini sebesar 43 juta ton (nilai tengah), yang mana meningkat 1 juta ton dari produksi tahun 2018, dimana Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan ada di level 42 juta ton, mengutip Reuters.
Namun angka pertumbuhan tersebut jauh lebih kecil daripada lonjakan produksi sebesar 5,5 juta ton di tahun 2018.
Dengan berkurangnya pasokan minyak sawit, maka cadangan yang sudah menumpuk di akhir tahun 2018 bisa dikurangi. Paslnya, tumpukan cadangan yang berlebih menjadi faktor yang menekan harga CPO.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Diproyeksi Supply Sawit Turun & Harga CPO Dikisaran USD 540
Hingga penutupan pasar, harga kelapa sawit mentah (CPO) kontrak April di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,22% ke posisi MYR 2.292/ton, setelah ditutup menguat 0,61% pada perdagangan kemarin.
Secara mingguan, harga CPO menguat sebesar 2,96% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini telah terangkat 5,82%.
Melemahnya harga CPO pada hari ini nampaknya dipengaruhi oleh nilai tukar Ringgit Malaysia yang menguat 0,45% terhadap dolar di posisi MYR 4,12/US$. Menguatnya nilai tukar Ringgit membuat harga minyak sawit menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan membuat CPO sedikit kehilangan daya tariknya.
Selain itu, aksi ambil untung juga diduga ikut berperan dalam melemahnya harga CPO hari ini. Maklum, harga CPO sudah melonjak 2,96% selama sepekan terakhir dan hari ini merupakan akhir pekan.
Namun demikian, pelaku pasar masih optimis harga CPO masih dalam tren menanjak.
"Permintaan masih tinggi, dan stok akan berkurang," ujar salah satu pialang yang berbasis di Kuala Lumpur.
Prediksi berkurangnya cadangan minyak sawit yang sempat banjir di akhir 2018 juga menjadi sentimen positif yang bisa membawa harga CPO lebih tinggi lagi. Analis memperkirakan bahwa produksi sawit di kuartal I-2019 akan menurun.
Turunnya produksi pada awal tahun memang hal yang wajar, mengingat pada periode Januari-Maret produksi minyak sawit memang cenderung menurun akibat faktor musiman.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono.
"Dari sisi [perkebunan] sawit pasti Desember-Maret produksinya turun karena siklusnya turun," ujar Joko Supriyono usai diskusi di bilangan Menteng, Rabu (9/1/2019).
Terlebih lagi, konsensus pasar yang berhasil dihimpun oleh Reuters memprediksi harga rata-rata CPO di tahun 2019 naik 3% dari tahun lalu menjadi MYR 2.375/ton. Konsensus terdiri dari 18 analis dan pelaku industri.
Naiknya prediksi tersebut disebabkan karena faktor pertumbuhan produksi sawit yang nampaknya tidak akan setinggi tahun lalu.
"Prediksi harga tahun ini harusnya lebih baik dari 2018, karena pohon kelapa sawit butuh istirahat," kata salah satu petani kelapa sawit di Indonesia, mengutip Reuters.
Berdasarkan konsensus yang terdiri dari 9 responden, produksi minyak sawit Indonesia tahun ini sebesar 43 juta ton (nilai tengah), yang mana meningkat 1 juta ton dari produksi tahun 2018, dimana Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan ada di level 42 juta ton, mengutip Reuters.
Namun angka pertumbuhan tersebut jauh lebih kecil daripada lonjakan produksi sebesar 5,5 juta ton di tahun 2018.
Dengan berkurangnya pasokan minyak sawit, maka cadangan yang sudah menumpuk di akhir tahun 2018 bisa dikurangi. Paslnya, tumpukan cadangan yang berlebih menjadi faktor yang menekan harga CPO.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Diproyeksi Supply Sawit Turun & Harga CPO Dikisaran USD 540
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular