Banjir Sentimen Negatif, Harga Batu Bara Terancam

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
23 January 2019 20:31
Pada penutupan perdagangan kemarin (22/1/2019) harga batu bara Newcastle terus melemah sebesar 0,15% ke posisi US$ 99,20/metrik ton
Foto: REUTERS/William Hong
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan kemarin (22/1/2019) harga batu bara Newcastle terus melemah sebesar 0,15% ke posisi US$ 99,20/metrik ton, setelah sebelumnya juga melemah 0,4% pada perdagangan awal pekan (21/1/2019).

Sejak pekan lalu, harga batu bara sudah naik 0,51% secara point-to-point, sedangkan dari awal tahun 2019 performa komoditas ini tercatat minus 2,8%.



Harga batu bara masih tertekan menyusul rilis data produksi domestik China periode Desember 2018 pada hari Senin. Hasilnya, produksi batu bara China pada periode tersebut meningkat 2,1% dari tahun sebelumnya (y-o-y), dan juga merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun.

Selain itu, sinyal-sinyal perlambatan ekonomi dunia juga makin menekan harga batu bara. Kabar terbaru dari datang dari World Economic Forum (WEF) karena Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan revisi prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang telah diumumkan bulan Oktober lalu. Sayangnya revisinya tambah parah, perkiraan terbaru pertumbuhan ekonomi global versi IMF turun 0,2% menjadi 3,5% di tahun 2019.

Terlebih lagi, penjualan rumah bukan baru (existing), yang mana menyumbang 90% dari penjualan rumah AS anjlok 10,3% sepanjang 2018 dibanding tahun sebelumnya. Pasar perumahan terhambat akibat bunga yang tinggi serta kekurangan tenaga kerja, membuat ketersediaan rumah menjadi berkurang.

Hal ini makin menunjukkan keadaan perekonomian AS yang sedang lesu. Ditambah, hingga hari ini pemerintah masih belum kembali membuka sebagian layanan yang tutup akibat anggaran yang tak kunjung disahkan. Terhitung sudah 32 hari goverment shutdown berlangsung di AS.

Jepang sebagai peringkat ekonomi ke-3 juga tak ingin ketinggalan. Hari ini Negeri Sakura melaporkan neraca dagangnya periode Desember 2018. Hasilnya gampang ditebak, nilai ekspornya turun 3,8%, yang merupakan penurunan paling besar sejak lebih dari 2 tahun.

Alasannya juga mudah dicerna, yaitu karena turunnya jumlah pengiriman ke China dan sebagian besar negara Asia akibat dampak perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Di kala 3 negara dengan perekonomian terbesar di dunia kembali menunjukkan gejala perlambatan ekonominya, maka dampaknya akan merambat ke seluruh dunia. Akibatnya pasar kembali khawatir akan permintaan energi pada tahun ini. Terutama China, yang mana merupakan negara yang menguasai lebih dari 50% konsumsi batu bara dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


(taa/taa) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular