Internasional

Gara-gara Perang Dagang, Ekspor Jepang Dapat Rapor Merah

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 January 2019 11:44
Ekspor Jepang di Desember mencatatkan penurunan paling tajam dalam lebih dari dua tahun menyusul anjloknya pengiriman ke China.
Foto: Ekspor Perdana Kuala Tanjung. (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Tokyo, CNBC Indonesia - Ekspor Jepang di Desember mencatatkan penurunan paling tajam dalam lebih dari dua tahun menyusul anjloknya pengiriman ke China dan pasar regional akibat melemahnya permintaan global.

Selain itu, perang dagang Amerika Serikat (AS)-China juga mulai berdampak pada ekonomi yang bergantung pada perdagangan itu.

Melansir Reuters, ekspor pada Desember turun 3,8% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data Kementerian Keuangan Jepang, Rabu (23/1/2019). Penurunan ini lebih tajam dari pelemahan 1,9% yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Angka tersebut adalah penurunan year-on-year (YoY) yang paling dalam sejak Oktober 2016.


Data perdagangan menggarisbawahi meningkatnya tekanan eksternal terhadap ekonomi terbesar ketiga di dunia dan dirilis beberapa jam sebelum Bank of Japan (BoJ) mengumumkan keputusan kebijakan dari pertemuan dua hari yang berakhir hari Rabu.

Dengan inflasi yang sangat lemah dan momentum ekonomi global yang melambat, bank sentral diperkirakan akan mempertahankan stimulus moneternya yang besar.

Ekspor yang melemah kemungkinan akan menekan ekonomi Jepang selama kuartal mendatang. Padahal, Jepang sudah merasakan tekanan dari perlambatan ekonomi di China, yang merupakan pasar utama bagi Jepang yang mengirimkan peralatan dan pasokan yang digunakan oleh produsen semikonduktor, ponsel dan barang-barang China lainnya.

Gara-gara Perang Dagang, Ekspor Jepang Dapat Rapor MerahFoto: Mobil-mobil yang baru diproduksi terlihat di terminal mobil di pelabuhan Dalian, provinsi Liaoning, Cina (REUTERS/Stringer/)

Tekanan terhadap output di dalam negeri tampaknya akan meningkat, dengan data minggu ini menunjukkan ekonomi China tumbuh dengan laju terlemah sejak 1990. Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya.

Ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, turun 7% tahun lalu hingga Desember, menurut data tersebut. Karena perang dagang AS-China telah memengaruhi rantai pasokan global, maka banyak kekhawatiran di pasar bahwa gangguan besar dapat menurunkan laba perusahaan di Jepang dan negara-negara lain, dan menyebabkan ekonomi terjerat resesi.

Ekspor Jepang ke Asia, yang menyumbang lebih dari setengah ekspor keseluruhan, turun 6,9% pada Desember.

Data perdagangan Rabu menunjukkan ekspor ke Amerika Serikat naik 1,6% pada Desember dari tahun sebelumnya, dipimpin oleh pengiriman peralatan produksi semikonduktor dan mesin mobil. Ekspor mobil ke AS tumbuh 1,9% menjadi 169.319 unit.


Impor Jepang dari Amerika Serikat naik 23,9%, dipimpin oleh pesawat terbang dan minyak mentah, membantu mengurangi surplus perdagangan dengan negara itu sebesar 20,3% pada tahun itu menjadi 567,8 miliar yen (US$ 5,19 miliar). Itu adalah penurunan bulan keenam berturut-turut.

Impor keseluruhan Jepang pada Desember naik 1,9% dari tahun sebelumnya, menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit 55,3 miliar yen, dan merupakan penurunan kedelapan bulan pada 2018.

Hal itu menyebabkan timbulnya defisit perdagangan setahun penuh yang pertama bagi Jepang sejak 2015 ketika negara itu terguncang oleh lonjakan impor bahan bakar untuk menebus hilangnya tenaga nuklir setelah bencana Fukushima 2011.


(prm) Next Article Impor Mobil AS Dorong Ekspor Jepang Rebound

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular