
Bos BRI Berharap BI Tidak Lagi Kerek Bunga Acuan
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 January 2019 17:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Suprajarto berharap Bank Indonesia tidak lagi menaikkan tingkat suku bunga acuannya. Meskipun ada penyesuaian suku bunga, ia memperkirakan itu hanya satu kali di tahun ini.
Berdasarkan informasi yang dipublikasi di laman Bank Indonesia, pada Rabu-Kamis, 16-17 Januari, bank sentral akan menghelat Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk menentukan arah bauran kebijakan moneter.
Dijelaskan Suprajarto, normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat di tahun ini diperkirakan memang masih akan berlanjut, namun berdasarkan prediksi, bank sentral Amerika Serikat tidak akan seagresif menaikkan Fed Fund Rate sebagaimana di tahun 2018. Tentunya, hal itu juga akan turut direspons Bank Indonesia.
"Harapan kita ya sudah stoplah, kalau naik pun sekali, karena kemarin The Fed pun harusnya dua kali jadi cuma sekali. Ini indikasi bahwa untuk tahun ini masih terkendali," ungkap Suprajarto, di Kompleks Perlemen, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Menurutnya, meski ada tantangan yang bersumber dari global, bank dengan kode saham BBRI itu tetap optimistis di tahun 2019 bisa mencapai pertumbuhan kredit double digit pada level 12-14%.
"Ya masih optimis pada 2019, mudah-mudahan LPS juga bisa berlangsung sesuai harapan kita dan segala sesuatu yang terkait global bisa kondusif, kita banyak diuntungkan dengan kondisi global," urainya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Maryono, dalam paparannya saat Rapat Dengar Pendapat (RDPU) mengenai Proyeksi Perekonomian dan Perbankan tahun 2019, Selasa (15/1/2019) di Komisi XI DPR, menilai, sejumlah faktor eksternal yang bersumber dari masih berlanjutnya perang dagang Amerika Serikat dengan China, rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat diperkirakan akan berdampak pada pengetatan likuiditas dan pertumbuhan kredit.
"Harga komoditas global juga masih akan berfluktuasi dengan kecenderungan menurun, sehingga akan bisa mempengaruhi pertumbuhan ekspor indonesia dan di sisi lain terdapat kecenderungan kenaikan harga minyak dunia," ujarnya.
Dalam paparan yang disampaikan, Bank Himbara memproyeksikan di tahun ini, suku bunga acuan BI 7days Reverse Repo Rate akan berada di level 6,25 - 6,50%.
Di tahun ini, Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) bank-bank BUMN pada tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan kredit tahun 2018.
Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit 11-13%. Adapun pertumbuhan DPK sebesar 11-12%. Bank Mandiri menargetkan rasio kredit bermasalah (NPL) 2,6% hingga 2,65%. Bank BRI menagetkan kredit tumbuhnya tumbuh 12-14% tahun ini. DPK tumbuh 11-13% dan NPL antara 1,9% hingga 2,1%.
Bank BNI menargetkan kredit tumbuh 13-15% tahun ini. DPK tumbuh 12-14% dan NPL akan dijaga di kisaran 1,9% hingga 2%. Bank Tabungan Negara (BTN) menargetkan kredit tumbuh 12-15% dengan DPK tumbuh 12-15% dan NPL akan dijaga di kisaran 1,9% hingga 2%.
(roy/roy) Next Article Diborong Asing, Saham BRI Rekor 3 Hari Beruntun!
Berdasarkan informasi yang dipublikasi di laman Bank Indonesia, pada Rabu-Kamis, 16-17 Januari, bank sentral akan menghelat Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk menentukan arah bauran kebijakan moneter.
Dijelaskan Suprajarto, normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat di tahun ini diperkirakan memang masih akan berlanjut, namun berdasarkan prediksi, bank sentral Amerika Serikat tidak akan seagresif menaikkan Fed Fund Rate sebagaimana di tahun 2018. Tentunya, hal itu juga akan turut direspons Bank Indonesia.
"Harapan kita ya sudah stoplah, kalau naik pun sekali, karena kemarin The Fed pun harusnya dua kali jadi cuma sekali. Ini indikasi bahwa untuk tahun ini masih terkendali," ungkap Suprajarto, di Kompleks Perlemen, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
"Ya masih optimis pada 2019, mudah-mudahan LPS juga bisa berlangsung sesuai harapan kita dan segala sesuatu yang terkait global bisa kondusif, kita banyak diuntungkan dengan kondisi global," urainya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Maryono, dalam paparannya saat Rapat Dengar Pendapat (RDPU) mengenai Proyeksi Perekonomian dan Perbankan tahun 2019, Selasa (15/1/2019) di Komisi XI DPR, menilai, sejumlah faktor eksternal yang bersumber dari masih berlanjutnya perang dagang Amerika Serikat dengan China, rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat diperkirakan akan berdampak pada pengetatan likuiditas dan pertumbuhan kredit.
"Harga komoditas global juga masih akan berfluktuasi dengan kecenderungan menurun, sehingga akan bisa mempengaruhi pertumbuhan ekspor indonesia dan di sisi lain terdapat kecenderungan kenaikan harga minyak dunia," ujarnya.
Dalam paparan yang disampaikan, Bank Himbara memproyeksikan di tahun ini, suku bunga acuan BI 7days Reverse Repo Rate akan berada di level 6,25 - 6,50%.
Di tahun ini, Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) bank-bank BUMN pada tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan kredit tahun 2018.
Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit 11-13%. Adapun pertumbuhan DPK sebesar 11-12%. Bank Mandiri menargetkan rasio kredit bermasalah (NPL) 2,6% hingga 2,65%. Bank BRI menagetkan kredit tumbuhnya tumbuh 12-14% tahun ini. DPK tumbuh 11-13% dan NPL antara 1,9% hingga 2,1%.
Bank BNI menargetkan kredit tumbuh 13-15% tahun ini. DPK tumbuh 12-14% dan NPL akan dijaga di kisaran 1,9% hingga 2%. Bank Tabungan Negara (BTN) menargetkan kredit tumbuh 12-15% dengan DPK tumbuh 12-15% dan NPL akan dijaga di kisaran 1,9% hingga 2%.
(roy/roy) Next Article Diborong Asing, Saham BRI Rekor 3 Hari Beruntun!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular