
Impor 2018 Meroket 20,15%, Paling Banyak Barang Asal China
Samuel Pablo & Iswari Anggit, CNBC Indonesia
15 January 2019 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2018, Indonesia mencatat pertumbuhan impor melonjak 20,15%. Lonjakan barang impor China mendominasi sepanjang 2018.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti dikutip Selasa (15/1/2019), sepanjang Januari-Desember 2018, nilai impor barang dari China mencapai US$ 45,24 miliar atau naik 28,48%.
Kemudian, urutan kedua adalah barang dari Jepang. Nilainya mencapai US$ 17,94 miliar atau tumbuh 11,3%.
Peringkat ketiga, diikuti Thailand dengan nilai US$ 10,85 miliar atau tumbuh 6,83%.
Yang cukup mengejutkan ada di peringkat empat. Sepanjang 2018, Indonesia mengimpor barang dari Singapura dengan nilai US$ 9,58 miliar atau tumbuh 6,03%.
BPS mencatat sepanjang 2018, ekspor masih tumbuh 6,65% menjadi US$ 180,06 miliar. Sementara impor tumbuh 20,15% menjadi US$ 188,63 miliar.
BPS mencatat sepanjang 2018, terjadi defisit pada neraca dagang karena tingginya impor melebihi nilai ekspor. "Defisit 2018 totalnya defisit mencapai US$ 8,57 miliar," kata Suhariyanto
Suhariyanto mengatakan, penyebab defisit tersebut disebabkan oleh neraca migas yang negatif mencapai US$ 12,4 miliar. Sementara non migas tercatat tumbuh US$ 3,8 miliar.
Untuk informasi, pada 2017, ekspor hanya tercatat US$ 168,83 miliar. Sementara, total impor 2017 tercatat US$ 156,99 miliar. Impor nonmigas naik 19,71% jadi US4 158,82 miliar dari US$ 132,67 miliar
(dru/dru) Next Article BPS: Ekspor Desember 2018 Turun 4,62%, Impor Tumbuh 1,16%
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti dikutip Selasa (15/1/2019), sepanjang Januari-Desember 2018, nilai impor barang dari China mencapai US$ 45,24 miliar atau naik 28,48%.
Kemudian, urutan kedua adalah barang dari Jepang. Nilainya mencapai US$ 17,94 miliar atau tumbuh 11,3%.
Yang cukup mengejutkan ada di peringkat empat. Sepanjang 2018, Indonesia mengimpor barang dari Singapura dengan nilai US$ 9,58 miliar atau tumbuh 6,03%.
BPS mencatat sepanjang 2018, ekspor masih tumbuh 6,65% menjadi US$ 180,06 miliar. Sementara impor tumbuh 20,15% menjadi US$ 188,63 miliar.
BPS mencatat sepanjang 2018, terjadi defisit pada neraca dagang karena tingginya impor melebihi nilai ekspor. "Defisit 2018 totalnya defisit mencapai US$ 8,57 miliar," kata Suhariyanto
Suhariyanto mengatakan, penyebab defisit tersebut disebabkan oleh neraca migas yang negatif mencapai US$ 12,4 miliar. Sementara non migas tercatat tumbuh US$ 3,8 miliar.
Untuk informasi, pada 2017, ekspor hanya tercatat US$ 168,83 miliar. Sementara, total impor 2017 tercatat US$ 156,99 miliar. Impor nonmigas naik 19,71% jadi US4 158,82 miliar dari US$ 132,67 miliar
(dru/dru) Next Article BPS: Ekspor Desember 2018 Turun 4,62%, Impor Tumbuh 1,16%
Most Popular