Melesat 1,58%, Rupiah Terbaik di Asia Pekan Ini!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 January 2019 16:00
Melesat 1,58%, Rupiah Terbaik di Asia Pekan Ini!
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa rupiah pada pekan ini patut diacungi jempol. Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 1,58% melawan dolar AS di pasar spot, dari Rp 14.265/dolar AS menjadi Rp 14.040/dolar AS.

Sejatinya, mayoritas mata uang kawasan Asia memang menguat melawan dolar AS pada pekan ini. Namun, tak ada yang mampu membukukan penguatan lebih besar ketimbang rupiah.


[Gambas:Video CNBC]


Pukulan bagi dolar AS datang dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve edisi Desember pada hari Rabu (9/1/2019).

Dalam notulensi tersebut, terlihat jelas bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega mulai menahan diri dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.

"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.

Kemudian, dolar AS kembali dipukul mundur oleh pernyataan Powell kala berbicara di forum Economic Club of Washington pada hari kamis (10/1/2019). Sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.

"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.

Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.

Sepanjang tahun 2018, normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi oleh The Fed menjadi motor utama penguatan dolar AS. Bersamaan dengan komentar Powell dan Clarida, pelaku pasar menjadi ragu bahwa The Fed akan melakukan normalisasi sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun ini, seperti yang mereka proyeksikan pada pertemuan bulan Desember.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas tidak adanya kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini adalah sebesar 71,8%, naik dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 70,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 35,4%, maka kenaikannya menjadi jauh lebih tinggi.



Sejatinya, ada sentimen negatif bagi rupiah yakni kenaikan harga minyak mentah dunia. Sepanjang pekan ini, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Februari 2019 melesat 7,8%, sementara minyak brent kontrak pengiriman Maret 2019 naik 6%.

Melesatnya harga minyak mentah tentu menjadi kabar yang kurang mengenakan bagi rupiah, lantaran memantik kekhawatiran bahwa defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) akan kembali bengkak pada tahun 2019.

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan minyak dan gas (migas).

Intervensi dari Bank Indonesia (BI) membantu rupiah untuk mengokohkan posisi sebagai yang terbaik di Asia. Pada hari Rabu, BI diketahui melakukan intervensi di pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF).

"Dengan intervensi BI di pasar DNDF, kurs offshore NDF bergerak lebih terkendali bahkan bergerak mengikut arah kurs domestik DNDF yang menguat, yang selanjutnya diikuti oleh menguatnya Rupiah di pasar spot," terang Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, Rabu (9/1/2019).

Sebelumnya pada hari Senin (7/1/2019), BI juga melakukan intervensi serupa.

TIM RISET CNBC INDONESIA





(ank/roy) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular