
Ini 3 Faktor yang Bakal Tekan Obligasi Hari Ini
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 January 2019 09:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi melemah karena terbebani tiga faktor utama.
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya Jumat pagi ini (11/1/2019) mengatakan ketiga faktor tersebut adalah membaiknya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), tren kenaikan harga minyak mentah, dan sentimen negatif menjelang lelang pekan depan.
"Kondisi tenaga kerja AS terus menunjukkan perbaikan setelah rilis data klaim tunjangan pengangguran AS (initial jobless claim)," ujar Dhian hari ini.
Dia menilai ada peluang kenaikan harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan awal pekan depan yang dipicu sentimen dari proyeksi melambatnya inflasi AS per Desember 2018 (akan dirilis nanti malam). Dengan pertimbangan itu, Dhian merekomendasikan buy pada perdagangan hari ini untuk beberapa seri.
Seri yang direkomendasikan beli adalah FR0064, FR0059, FR0058, FR0074, FR0065, dan FR0075.
"Sementara itu, adanya lelang SUN pada minggu depan menjadi dasar rekomendasi hold untuk SUN seri benchmark yaitu FR0077, FR0078, FR0068, dan FR0079."
Data tenaga kerja yang menjadi faktor utama pasar hari ini mencerminkan bahwa perekonomian AS membaik dan dapat mempercepat potensi kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate/FFR) tahun ini, sehingga menambah faktor kontraksi bagi pelaku pasar global.
Setelah data tersebut dipublikasikan, lanjutnya, harga obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury tenor 10 tahun turun dan mendorong yield-nya naik ke kisaran 2,74% (dari 2,71%) dan Dollar Index naik ke 95,53 (dari 95,22).
Positifnya ketenagakerjaan AS tersebut tentunya meminimalisir faktor positif dari kebijakan Gubernur the Fed Jerome 'Jay' Powell yang relatif dovish atau menahan laju kenaikan FFR.
Powell kembali mengindikasikan akan melihat perkembangan data makroekonomi AS, ekonomi global, dan pasar modal AS dalam proses normalisasi suku bunga acuan the Fed tahun ini.
Dari harga minyak mentah dunia, Dhian mengatakan kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh semakin damainya hubungan China-AS terkait dengan damai dagang.
Harga minyak mentah lumrah menjadi faktor pendorong kenaikan yield bagi surat utang, baik US Treasury maupun surat utang negara (SUN) di dalam negeri.
Faktor terakhir adalah lelang SUN pekan depan, yang menargetkan dapat meraup dana Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Pertemuan AS-China Suram, Harga Obligasi Terkoreksi
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya Jumat pagi ini (11/1/2019) mengatakan ketiga faktor tersebut adalah membaiknya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), tren kenaikan harga minyak mentah, dan sentimen negatif menjelang lelang pekan depan.
"Kondisi tenaga kerja AS terus menunjukkan perbaikan setelah rilis data klaim tunjangan pengangguran AS (initial jobless claim)," ujar Dhian hari ini.
Seri yang direkomendasikan beli adalah FR0064, FR0059, FR0058, FR0074, FR0065, dan FR0075.
"Sementara itu, adanya lelang SUN pada minggu depan menjadi dasar rekomendasi hold untuk SUN seri benchmark yaitu FR0077, FR0078, FR0068, dan FR0079."
Data tenaga kerja yang menjadi faktor utama pasar hari ini mencerminkan bahwa perekonomian AS membaik dan dapat mempercepat potensi kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate/FFR) tahun ini, sehingga menambah faktor kontraksi bagi pelaku pasar global.
Setelah data tersebut dipublikasikan, lanjutnya, harga obligasi pemerintah AS yaitu US Treasury tenor 10 tahun turun dan mendorong yield-nya naik ke kisaran 2,74% (dari 2,71%) dan Dollar Index naik ke 95,53 (dari 95,22).
Positifnya ketenagakerjaan AS tersebut tentunya meminimalisir faktor positif dari kebijakan Gubernur the Fed Jerome 'Jay' Powell yang relatif dovish atau menahan laju kenaikan FFR.
Powell kembali mengindikasikan akan melihat perkembangan data makroekonomi AS, ekonomi global, dan pasar modal AS dalam proses normalisasi suku bunga acuan the Fed tahun ini.
Dari harga minyak mentah dunia, Dhian mengatakan kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh semakin damainya hubungan China-AS terkait dengan damai dagang.
Harga minyak mentah lumrah menjadi faktor pendorong kenaikan yield bagi surat utang, baik US Treasury maupun surat utang negara (SUN) di dalam negeri.
Faktor terakhir adalah lelang SUN pekan depan, yang menargetkan dapat meraup dana Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Pertemuan AS-China Suram, Harga Obligasi Terkoreksi
Most Popular