
Ditutup Menguat, Sentimen Global Bantu Dorong Harga SUN
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
13 February 2019 20:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah semakin menguat kala penutupan perdagangan hari ini (13/22019), melanjutkan kenaikan harga yang terjadi sejak pagi hari.
Menguatnya harga Surat Utang Negara (SUN) sejalan dengan sentimen global yang menguntungkan negara berkembang.
Aura positif damai dagang Amerika Serikat-China membuat investor kembali agresif untuk masuk di pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pasalnya, bila hubungan dagang kedua raksasa ekonomi dunia kembali bergairah, maka rantai pasokan dunia kembali lancar.
Dengan begitu, perlambatan ekonomi dunia yang tengah melanda saat ini dapat direm. Bahkan pertumbuhan ekonomi bisa kembali melaju kencang.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SUN yang mana tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah Surat Berharga Negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Penguatan harga terjadi paling besar di seri FR0078 yang bertenor 10 tahun, dengan penurunan yield 4,8 basis poin (bps) menjadi 7,89%. Sebagai informasi besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sebagai informasi, lelang yang dilakukan pada Selasa kemasin berhasil menghimpun permintaan peserta sebesar Rp 66,36 triliun, terbesar sejak Januari 2018.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Menguatnya harga Surat Utang Negara (SUN) sejalan dengan sentimen global yang menguntungkan negara berkembang.
Aura positif damai dagang Amerika Serikat-China membuat investor kembali agresif untuk masuk di pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan begitu, perlambatan ekonomi dunia yang tengah melanda saat ini dapat direm. Bahkan pertumbuhan ekonomi bisa kembali melaju kencang.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SUN yang mana tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah Surat Berharga Negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Penguatan harga terjadi paling besar di seri FR0078 yang bertenor 10 tahun, dengan penurunan yield 4,8 basis poin (bps) menjadi 7,89%. Sebagai informasi besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sebagai informasi, lelang yang dilakukan pada Selasa kemasin berhasil menghimpun permintaan peserta sebesar Rp 66,36 triliun, terbesar sejak Januari 2018.
Yield Obligasi Negara Acuan 13 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 12 Feb 2019 (%) | Yield 13 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 13 Feb'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 7,781 | 7,741 | -4,0 | 7,7120 |
FR0078 | 10 tahun | 7,938 | 7,890 | -4,8 | 7,8638 |
FR0068 | 15 tahun | 8,195 | 8,159 | -3,6 | 8,1283 |
FR0079 | 20 tahun | 8,303 | 8,268 | -3,5 | 8,2340 |
Avg movement | -3,97 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular