
Pollux & Cerita Sukses Pengusaha Indonesia di Singapura
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
10 January 2019 13:48

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pollux Investasi Internasional Tbk (POLI) hari ini sukses mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sukses medapatkan dana Rp 657,44 miliar. Sebelum mencatatkan saham di bursa, tak banyak yang tahu kalau Pollux merupakan perusahaan properti asal Singapura yang pemiliknya orang Indonesia.
Di Singapura, Pollux merupakan salah satu pengembang properti besar dengan sejumlah proyek. Pollux kemudian mulai ekspansi ke Indonesia dengan membangun sejumlah proyek seperti Meirsterstadt, Gangnam District dan Amarsvati.
Pemilik kelompok usaha Pollux adalah Po Soen Kok yang juga tercatat di sebagai komisaris utama POLI. Po Soen Kok memulai bisnis di bidang garmen pada 1980-an. Pabriknya berlokasi di Ungaran, Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Keluarga Po Soen Kok memulai bisnis properti melalui Pollux Properti dengan proyek pertama di Singapura. Pollux Properti adalah induk dari Pollux Investasi yang sebelumnya sudah IPO pada 11 Juli 2018. Beberapa proyek properti Pollux adalah Park Residences Kovan, Metro Loft, Pavilion Square, dan Golden Park Residences. Setelah bertahun-tahun bermain di Singapura, keluarga Po akhirnya membangun properti di Indonesia.
Uniknya, kota pertama yang dipilih, bukan Jakarta maupun Bali, melainkan Semarang, kota yang membesarkan usaha Golden Flower Group. Properti pertama Po Soek Kok adalah Paragon City, yang terdiri atas Mal dan Hotel. Proyek kedua Pollux di Indonesuia juga berlokasi di Semarang, yakni apartemen W/R Simpang Lima.
Setelah itu, Pollux membangun banyak properti di Jakarta kota lain. Po Soen Kok menempatkan anaknya Nico Purnomo Po sebagai direktur di Pollux. Selain itu, mantan Kapolri Timur Pradopo menjadi direktur di Pollux Properties.
Hari ini, POLI resmi mencatatkan saham di BEI dengan melepas 402,10 juta saham di harga Rp 1.635 sehingga perusahaan memperoleh dana segar senilai Rp 657,44 miliar. Dana ini sebesar Rp 500 miliar akan digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham konversi (convertible bond) dari PT Nobel Properti Kencana, yang merupakan perusahaan terafiliasi dengan Pollux Investasi Internasional.
Perseroan tahun ini menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 26,52% pada tahun ini menjadi sebesar Rp 520 miliar dari estimasi tahun lalu Rp 411 miliar.
Pertumbuhan pendapatan ini didorong dengan mulai beroperasinya salah satu superblock properti milik perusahaan di kawasan Semarang, Jawa Tengah.
Direktur Keuangan Pollux Investasi Internasional Leonora Dewi Susanti mengatakan pendapatan perusahaan seluruhnya berasal dari pendapatan berulang (recurring income) dari sejumlah properti yang dimiliki. Saat ini perusahaan mengoperasikan total delapan properti berupa mall, hotel dan apartemen.
"Tahun ini kami targetkan pendapatan Rp 520 miliar, sebelumnya Rp 411 miliar. Operating income tahun ini targetnya Rp 190 miliar dan [laba] after tax targetnya Rp 145 miliar," kata Leonora di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/1).
Data Laporan keuangan Juni 2018 mencatat, pendapatan POLI mencapai Rp 176,60 miliar naik dari Juni 2017 sebesar Rp 174,75 miliar dan tahun 2017 Rp 367,46 miliar.
Di kuartal pertama tahun ini perusahaan juga tengah melakukan penyelesaian pembangunan satu hotel dan satu mall yang ditargetkan dapat beroperasi penuh jelang pertengahan tahun ini. "Beroperasinya dua properti ini diharapkan akan mendorong kinerja perusahaan," kata dia.
Tahun ini perusahaan memiliki sejumlah rencana ekspansi, yakni mengembangkan Paragon Mall 2 dari yang sudah existing saat ini. Rencananya perusahaan akan mengembangkan mall tersebut menjadi lifestyle mall. Selain itu, perusahaan juga akan melakukan pembangunan superblock baru di wilayah Sisingamangaraja, Semarang. Menurut rencana, di kawasan tersebut akan dibangun mall, hotel dan apartemen.
Untuk pengembangan ini perusahaan sudah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 200 miliar-Rp 250 miliar yang bersumber dari dana hasil penawaran umum saham dan kas internal perusahaan.
(hps/tas) Next Article Baru Listing Saham POLI Kena Auto Reject & BEEF Naik 22%
Di Singapura, Pollux merupakan salah satu pengembang properti besar dengan sejumlah proyek. Pollux kemudian mulai ekspansi ke Indonesia dengan membangun sejumlah proyek seperti Meirsterstadt, Gangnam District dan Amarsvati.
Pemilik kelompok usaha Pollux adalah Po Soen Kok yang juga tercatat di sebagai komisaris utama POLI. Po Soen Kok memulai bisnis di bidang garmen pada 1980-an. Pabriknya berlokasi di Ungaran, Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Keluarga Po Soen Kok memulai bisnis properti melalui Pollux Properti dengan proyek pertama di Singapura. Pollux Properti adalah induk dari Pollux Investasi yang sebelumnya sudah IPO pada 11 Juli 2018. Beberapa proyek properti Pollux adalah Park Residences Kovan, Metro Loft, Pavilion Square, dan Golden Park Residences. Setelah bertahun-tahun bermain di Singapura, keluarga Po akhirnya membangun properti di Indonesia.
Uniknya, kota pertama yang dipilih, bukan Jakarta maupun Bali, melainkan Semarang, kota yang membesarkan usaha Golden Flower Group. Properti pertama Po Soek Kok adalah Paragon City, yang terdiri atas Mal dan Hotel. Proyek kedua Pollux di Indonesuia juga berlokasi di Semarang, yakni apartemen W/R Simpang Lima.
Hari ini, POLI resmi mencatatkan saham di BEI dengan melepas 402,10 juta saham di harga Rp 1.635 sehingga perusahaan memperoleh dana segar senilai Rp 657,44 miliar. Dana ini sebesar Rp 500 miliar akan digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham konversi (convertible bond) dari PT Nobel Properti Kencana, yang merupakan perusahaan terafiliasi dengan Pollux Investasi Internasional.
![]() |
Perseroan tahun ini menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 26,52% pada tahun ini menjadi sebesar Rp 520 miliar dari estimasi tahun lalu Rp 411 miliar.
Pertumbuhan pendapatan ini didorong dengan mulai beroperasinya salah satu superblock properti milik perusahaan di kawasan Semarang, Jawa Tengah.
Direktur Keuangan Pollux Investasi Internasional Leonora Dewi Susanti mengatakan pendapatan perusahaan seluruhnya berasal dari pendapatan berulang (recurring income) dari sejumlah properti yang dimiliki. Saat ini perusahaan mengoperasikan total delapan properti berupa mall, hotel dan apartemen.
"Tahun ini kami targetkan pendapatan Rp 520 miliar, sebelumnya Rp 411 miliar. Operating income tahun ini targetnya Rp 190 miliar dan [laba] after tax targetnya Rp 145 miliar," kata Leonora di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/1).
Data Laporan keuangan Juni 2018 mencatat, pendapatan POLI mencapai Rp 176,60 miliar naik dari Juni 2017 sebesar Rp 174,75 miliar dan tahun 2017 Rp 367,46 miliar.
Di kuartal pertama tahun ini perusahaan juga tengah melakukan penyelesaian pembangunan satu hotel dan satu mall yang ditargetkan dapat beroperasi penuh jelang pertengahan tahun ini. "Beroperasinya dua properti ini diharapkan akan mendorong kinerja perusahaan," kata dia.
Tahun ini perusahaan memiliki sejumlah rencana ekspansi, yakni mengembangkan Paragon Mall 2 dari yang sudah existing saat ini. Rencananya perusahaan akan mengembangkan mall tersebut menjadi lifestyle mall. Selain itu, perusahaan juga akan melakukan pembangunan superblock baru di wilayah Sisingamangaraja, Semarang. Menurut rencana, di kawasan tersebut akan dibangun mall, hotel dan apartemen.
Untuk pengembangan ini perusahaan sudah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 200 miliar-Rp 250 miliar yang bersumber dari dana hasil penawaran umum saham dan kas internal perusahaan.
(hps/tas) Next Article Baru Listing Saham POLI Kena Auto Reject & BEEF Naik 22%
Most Popular