3 Orang Indonesia Ini Sukses Bisnis Properti di Mancanegara

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
18 June 2018 13:09
Pengusaha properti asal Indonesia tidak semuanya berbisnis di dalam negeri.
Foto: Donald Banjarnahor
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian pengusaha memulai usahanya di negeri orang bahkan bisa memenangkan persaingan dan akhirnya sukses.

Berikut ini adalah daftar pengusaha properti dunia sukses asal Indonesia yang bertarung di negara lain:

1. Iwan Sunito (Crown Group)
Pria kelahiran Surabaya 29 Juli 1966 ini menjadi pengusaha properti di Australia melalui Crown Group. Iwan menghabiskan masa kecil di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Iwan menyelesaikan gelar Sarjana Arsitektur dan Magister Manajemen Konstruksi di UNSW. Pada tahun 1994 ia memulai perusahaan arsitekturnya sendiri dan membentuk Crown Group pada 1996 bersama Paul Sathio.

Crown group fokus pada residensial kelas atas dan properti komersial. Proyek Crown Group di Australia antara lain, Waterloo, Parramatta, Sydney CBD, Eastlakes, dan Green Square.

Setelah 22 tahun berbisnis di negeri orang, Crown Group akhirnya mengumumkan rencana pembangunan properti pertama di Indonesia. Bersama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Crown Group akan membangun mixed use developmnent (residensial dan perkantoran) dengan nilai investasi Rp 7 triliun.

2. Po Soen Kok (Pollux Properties)
Po Soen Kok memulai bisnis di bidang garmen sejak 1980-an. Pabriknya berlokasi di Ungaran, Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Keluarga Po Soen Kok memulai bisnis properti melalui Pollux Properti dengan proyek pertama di Singapura.

Beberapa proyek properti Pollux adalah Park Residences Kovan, Metro Loft, Pavilion Square, dan Golden Park Residences. Setelah bertahun-tahun bermain di Singapura, keluarga Po akhirnya membangun properti di Indonesia.

Uniknya, kota pertama yang dipilih, bukan Jakarta maupun Bali, melainkan Semarang, kota yang membesarkan usaha Golden Flower Group. Properti pertama Po Soek Kok adalah Paragon City, yang terdiri atas Mal dan Hotel. Proyek kedua Pollux di Indonesuia juga berlokasi di Semarang, yakni apartemen W/R Simpang Lima.

Setelah itu, Pollux membangun banyak properti di Jakarta kota lain. Po Soen Kok menempatkan anaknya Nico Purnomo Po sebagai direktur di Pollux. Selain itu, mantan Kapolri Timur Pradopo dan Mantan Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widaryatmo menjadi direktur di Pollux Properties.

3. Henry Kwee (Pontiac Land Group)
Henry Kwee merupakan peletak pondasi dari bisnis keluarga Kwee yang memiliki kekayaan sekitar US$ 5,5 miliar, versi Forbes. Keluarga konglomerat dengan kekayaan terbesar ketujuh di Singapura ini memulai bisnis textile dari Bandung, Jawa Barat.

Gurita bisnis keluarga Kwee dimulai ketika Henry bersama keluarga migrasi ke Singapura pada 1958. Di Singapura Henry, merintis bisnis properti di bawah bendera Pontiac Land mulai 1959. Bisnisnya dimulai dari perusahaan arsitektur untuk perumahan yang kemudian berkembang luas menjadi gedung mewah di Singapura.

Henry Kwee meninggal dunia pada 1988, dan tapuk kendali pimpinan Pontiac Land Grup diserahkan kepada Kwee Liong Keng, yang merupakan anak tertua dari keluarga ini.

Di Indonesia, Pontiac Land melakukan penetrasi melalui anak usaha Brewin Mesa, yang membangun The Lana, kondominium mewah setinggi 38 lantai di Alam Sutera, Tangerang Selatan. Nilai investasi proyek ini diperkirakan mencapai Rp 1,3 triliun.

Evan Kwee, cucu dari Henry Kwee menjadi direktur di Brewin Mesa. Evan Kwee Juga menjabat sebagai direktur direktur di Pontiac Land dan Direktur Eksekutif di Capella Hotel Group Asia.
(dob/dob) Next Article Dari Bandung, Keluarga Ini Jadi Konglomerat Properti Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular