Pemilik Hotel Cappela

Dari Bandung, Keluarga Ini Jadi Konglomerat Properti Dunia

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
17 June 2018 17:40
Keluarga konglomerat dengan kekayaan terbesar ketujuh di Singapura ini memulai bisnisnya dari Bandung, Jawa Barat.
Foto: Capella Singapore/via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Henry Kwee merupakan peletak pondasi dari bisnis keluarga Kwee yang memiliki kekayaan sekitar US$ 5,5 miliar, versi Forbes. Keluarga konglomerat dengan kekayaan terbesar ketujuh di Singapura ini memulai bisnisnya dari Bandung, Jawa Barat.

Dalam banyak literasi, Henry memulai usaha dalam bidang textile dan properti di Bandung. Namun, sayangnya hanya sedikit yang meceritakan sepak terjangnya ketika berbisnis di Bandung.

Anak tertua dan kedua Henry Kwee, yakni Kwee Liong Keng dan Kwee Liong Tek ,lahir di Bandung pada tahun 1945 dan 1946. Sementara anak ketiganya Liong Seen Kwee lahir di Jakarta. Adapun anak terakhir Henry Kwee adalah Kwee Liong Phing.

Gurita bisnis keluarga Kwee dimulai ketika Henry bersama keluarga migrasi ke Singapura pada 1958. Meski tidak diketahui alasan migrasi tersebut, kondisi politik dan keamanan Indonesia pada saat itu memang belum stabil, termasuk untuk pengusaha.

Sementara pada tahun tersebut, Singapura masih berbentuk koloni di bawah Inggris yang memerintah wilayah itu selama 144 tahun. Setahun kemudian, Lee Kuan Yew yang membawa Singapura menjadi negara maju, terpilih sebagai Perdana Menteri.

Dalam waktu kurang dari 7 tahun sejak Henry Kwee migrasi, Singapura pun berubah menjadi Republik dan berdaulat sampai sekarang.

Di Singapura Henry, merintis bisnis properti di bawah bendera Pontiac Land mulai 1959. Bisnisnya dimulai dari perusahaan arsitektur untuk perumahan yang kemudian berkembang luas menjadi gedung mewah di Singapura.

Saat ini Pontiac Land memiliki lini usaha properti komersial, residensial, dan perhotelan. Propertinya, bukan hanya di Singapura tetapi juga di New York, AS, Maldives hingga Australia.

Salah satu properti milik Pontiac Land adalah Hotel Capella Singapura yang terletak di Pulau Sentosa. Hotel ini menjadi tempat pelaksanaan pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un.

Di Indonesia, Pontiac Land melakukan infiltrasi melalui anak usaha Brewin Mesa, yang membangun The Lana, kondominium mewah setinggi 38 lantai di Alam Sutera, Tangerang Selatan. Nilai investasi proyek ini diperkirakan mencapai Rp 1,3 triliun.

Evan Kwee, anak laki-laki satu-satunya dari Kwee Liong Tek, ikut mengurusi Brewin Mesa sebagai Direktur. Generasi ketiga dari keluarga Kwee yang disebut Forbes sebagai next tycoon ini, juga menjabat sebagai direktur direktur di Pontiac Land dan Direktur Eksekutif di Capella Hotel Group Asia

Henry Kwee meninggal dunia pada 1988, dan tapuk kendali pimpinan Pontiac Land Grup diserahkan kepada Kwee Liong Keng, yang merupakan anak tertua dari keluarga ini.

Royal Wedding
Generasi Keluarga Kwee tidak sembarangan dalam memilih pasangan hidup. Mereka kerap memilih istri dan suami yang berasal dari keluarga Konglomerat lainnnya. Paling tidak itu yang terlihat di Kwee Liong Keng, Kwee Liong Tek, dan Evan Kwee.

Kwee Liong Keng menikah dengan Chua Lee Eng, dari keluarga Chua, pendiri dari perusahaan Cycle and Carriage. Pernikahan keduanya, dilakukan pada Maret 1971 dan diliput oleh media The Straits Times.

Sementara Kwee Liong Tek menikah dengan Donna Aratani, putri dari George Tetsuo Aratani, pendiri dari Mikasa dan Kenwood, serta philantrophy asal AS.

Dari pernikahan Kwee Liong Tek dan Donna Aratani lahir Evan Kwee yang yang pada 2013 lalu menikah dengan Claudia Sondakh, putri dari Peter Sondakh, pemilik Grup Rajawali. Pernikahan pun menyatukan keluarga konglomerat antar negara ini.

(dob/hps)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular