
Newsletter
Priittt, Dialog Dagang AS-China Masuk Babak Extra Time
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 January 2019 06:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi setelah menguat sejak awal pekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah, meski sempat merasakan penguatan.
IHSG mengakhiri hari dengan pelemahan 0,39%. Padahal IHSG sempat merasakan penguatan 0,46%, tetapi tergelincir dan tidak bisa bangkit lagi.
Sementara rupiah juga melemah 0,39% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Seperti halnya IHSG, rupiah juga sempat perkasa dan mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000.
Pada pagi hingga jelang tengah hari, pasar keuangan Indonesia bergairah karena penantian terhadap hasil dialog dagang AS-China di Beijing. Aura positif sudah merebak sebelumnya, sehingga investor pun berbunga-bunga.
Namun seiring waktu, optimisme meredup dan muncul pikiran-pikiran negatif. Pasalnya, pertemuan tersebut memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri. Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang.
"Mungkin tidak akan ada hasil yang konkret. Akibatnya, dampak dari pertemuan tidak begitu banyak menggerakkan nilai tukar," ujar salah seorang trader di pasar valas China, mengutip Reuters.
Investor yang harap-harap cemas membuat pasar bergerak jittery (gemetar). Sembari menunggu kabar dari Beijing, tampaknya investor memilih untuk tidak terlalu berani ambil risiko.
Selain itu, pasar keuangan Indonesia juga sudah mengalami penguatan tajam sebelumnya sehingga rawan terserang profit taking. Sejak akhir 2018 hingga 7 Januari, IHSG sudah melesat 1,72%. Sedangkan rupiah menguat 2,49%.
Penguatan yang signifikan tersebut membuat investor tergoda untuk mencairkan cuan. Hasil perundingan AS-China yang masih samar-samar hingga penutupan perdagangan menjadi katalis bagi pelaku pasar untuk melakukan profit taking.
IHSG mengakhiri hari dengan pelemahan 0,39%. Padahal IHSG sempat merasakan penguatan 0,46%, tetapi tergelincir dan tidak bisa bangkit lagi.
Sementara rupiah juga melemah 0,39% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Seperti halnya IHSG, rupiah juga sempat perkasa dan mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000.
Pada pagi hingga jelang tengah hari, pasar keuangan Indonesia bergairah karena penantian terhadap hasil dialog dagang AS-China di Beijing. Aura positif sudah merebak sebelumnya, sehingga investor pun berbunga-bunga.
Namun seiring waktu, optimisme meredup dan muncul pikiran-pikiran negatif. Pasalnya, pertemuan tersebut memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri. Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang.
"Mungkin tidak akan ada hasil yang konkret. Akibatnya, dampak dari pertemuan tidak begitu banyak menggerakkan nilai tukar," ujar salah seorang trader di pasar valas China, mengutip Reuters.
Investor yang harap-harap cemas membuat pasar bergerak jittery (gemetar). Sembari menunggu kabar dari Beijing, tampaknya investor memilih untuk tidak terlalu berani ambil risiko.
Selain itu, pasar keuangan Indonesia juga sudah mengalami penguatan tajam sebelumnya sehingga rawan terserang profit taking. Sejak akhir 2018 hingga 7 Januari, IHSG sudah melesat 1,72%. Sedangkan rupiah menguat 2,49%.
Penguatan yang signifikan tersebut membuat investor tergoda untuk mencairkan cuan. Hasil perundingan AS-China yang masih samar-samar hingga penutupan perdagangan menjadi katalis bagi pelaku pasar untuk melakukan profit taking.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Wall Street Ceria
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular