
Likuiditas Ketat, Begini Strategi BMRI Danai Ekspansi Kredit
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
07 January 2019 17:06

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) optimistis kondisi likuiditas tahun depan akan lebih baik dari tahun 2018. Tahun lalu kondisi likuiditas sempat mengetat karena bank ekspansifnya salurkan kredit.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Oktober 2018 dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) mengalami penurunan yang cukup siginifikan. Hal ini membuat DPK valas nasional tumbuh negatif. Pada 2018 terjadi portopolio outflow besar yang mengurangi DPK dalam negeri.
"2019 kami yakini portopolio inflow terjadi. Hari ini penguatan rupiah, inflow di ekuitas 2-3 hari pertama perdagangan saham, akan ada tren reversal (pembalikan dana) dari DPK valas. Kemarin memang cukup terganggu, kita di Bank Mandiri ingin mengurangi," ujar Kartika di Gedung Bank Mandiri, Senin (7/1/2019).
Untuk DPK rupiah, lanjut Kartika, Bank Mandiri akan mengandalkan pengumpulan dana murah seperti tabungan dengan menstabilkan perputarannya.
"Tabungan di buku kami sustainable. Kami banyak tabungan yang in-out (keluar-masuk), sekitar Rp 10-20 miliar keluar masuk, cepat sekali. Ini membuat likuiditas jangka pendek tidak stabil," jelas Kartika.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Pandji Irawan menambahkan Bank Mandiri tetap mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Selain itu, Bank Mandiri mencari pendanaan non-konvensional.
"Kita masuk untuk dapat terbitkan dolar AS funding, obligasi NCD, bilateral loan US$1 miliar sampai US$2 miliar. Itu sudah masuk bisnis plan untuk dukung ekspansi kami kalau nantinya kredit valuta asing besar," tambah Panji.
Pandji menambahkan dalam denominasi rupiah, Bank Mandiri masih punya ruang untuk pendanaan non konvensional seperti MTN, bilateral lian, atau repo sejumlah Rp 10 triliun. "Jadi kombinasi ini total keluarkan Rp 40 triliun untuk 2019 saja. Tahun ini pertumbuhan DPK 10%," terangnya.
(roy/roy) Next Article Bos Mandiri Bilang Likuiditas Lebih Baik Tahun Ini, Asal...
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Oktober 2018 dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) mengalami penurunan yang cukup siginifikan. Hal ini membuat DPK valas nasional tumbuh negatif. Pada 2018 terjadi portopolio outflow besar yang mengurangi DPK dalam negeri.
"2019 kami yakini portopolio inflow terjadi. Hari ini penguatan rupiah, inflow di ekuitas 2-3 hari pertama perdagangan saham, akan ada tren reversal (pembalikan dana) dari DPK valas. Kemarin memang cukup terganggu, kita di Bank Mandiri ingin mengurangi," ujar Kartika di Gedung Bank Mandiri, Senin (7/1/2019).
Direktur Keuangan Bank Mandiri Pandji Irawan menambahkan Bank Mandiri tetap mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Selain itu, Bank Mandiri mencari pendanaan non-konvensional.
"Kita masuk untuk dapat terbitkan dolar AS funding, obligasi NCD, bilateral loan US$1 miliar sampai US$2 miliar. Itu sudah masuk bisnis plan untuk dukung ekspansi kami kalau nantinya kredit valuta asing besar," tambah Panji.
Pandji menambahkan dalam denominasi rupiah, Bank Mandiri masih punya ruang untuk pendanaan non konvensional seperti MTN, bilateral lian, atau repo sejumlah Rp 10 triliun. "Jadi kombinasi ini total keluarkan Rp 40 triliun untuk 2019 saja. Tahun ini pertumbuhan DPK 10%," terangnya.
(roy/roy) Next Article Bos Mandiri Bilang Likuiditas Lebih Baik Tahun Ini, Asal...
Most Popular