Dolar AS Terpangkas Rp 160 Sejak Pagi, Dekati Level Rp 13.000

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 January 2019 12:30
Dolar AS Terpangkas Rp 160 Sejak Pagi, Dekati Level Rp 13.000
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan di perdagangan pasar spot hingga tengah hari ini. Bahkan dolar AS mampu didorong mendekati level Rp 13.000. 

Pada Senin (7/1/2019), US$ 1 ditransaksikan Rp 14.025. Rupiah menguat 1,68% dibandingkan posisi penutupan pasar akhir pekan lalu. 

Mengawali hari, rupiah menguat 0,56% ke Rp 14.185. Artinya hingga tengah hari, nilai dolar AS terpangkas Rp 160. Rupiah pun menyentuh titik terkuatnya sejak 20 Juni 2018. 

 


Sejak pembukaan pasar, rupiah sudah berada di puncak klasemen mata uang Asia. Kini posisi rupiah semakin mantap di sana dan cukup jauh meninggalkan mata uang Benua Kuning lainnya. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Asia yang sebaik rupiah. 


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:08 WIB: 

Dolar AS Terpangkas Rp 160 Sejak Pagi, Dekati Level Rp 13.000


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Hingga siang ini, dolar AS tidak hanya tertekan di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 12:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang dunia) terkoreksi 0,18%. 

Dolar AS terbeban karena ucapan Jerome 'Jay' Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Akhir pekan lalu, pengganti Janet Yellen itu menyebut bahwa bank sentral siap untuk mengubah posisi (stance) kebijakan moneter apabila diperlukan. 

"Kami akan sabar memantau perkembangan perekonomian. Kami selalu siap untuk mengubah stance kebijakan dan mengubahnya secara signifikan," ungkap Powell di depan forum American Economic Association, dikutip dari Reuters. 


Sebagai informasi, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,5% tahun ini. Melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 2,7%. 

Data-data ekonomi di AS sudah mengarah ke sana. US Bureau of Labor Statistics merilis angka pengangguran Desember 2018 yang sebesar 3,9%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,7%. 

Kemudian angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS versi ISM pada Desember 2018 tercatat 54,1. Angka ini menjadi yang terendah sejak November 2016. 

Untuk PMI versi IHS Markit, angka pada bulan lalu adalah 53,8. Ini merupakan laju paling lambat sejak September 2017. 

Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang 2019, lebih sedikit dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya yang mencapai empat kali. Namun dengan data-data ekonomi AS yang melempem, ditambah pernyataan terbaru dari Powell, bisa jadi dosis kenaikan Federal Funds Rate tahun ini dikurangi. Bahkan ada kemungkinan suku bunga acuan diturunkan. 


Melihat potensi The Fed yang kurang hawkish bahkan mungkin mengarah ke dovish, dolar AS pun mundur teratur. Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di AS tidak lagi menarik sehingga investor berbondong-bondong menjual mata uang Negeri Paman Sam. 

Dana-dana ini kemudian hinggap ke Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya, rupiah mampu membukukan penguatan yang meyakinkan, bahkan menjadi yang terbaik di Asia.  

Di pasar saham, investor asing mencatat beli bersih Rp 229,85 miliar yang mengantarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,79% di penutupan perdagangan Sesi I.

Sementara di pasar obligasi, masuknya arus modal terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) yang berarti harga sedang naik. Yield obligasi pemerintah tenor 5 tahun turun 12,7 basis poin (bps), dan tenor 10 tahun turun 10,6 bps. Kemudian untuk tenor 15 tahun, yield turun 4,8 bps. Lalu untuk tenor 20 tahun, yield turun 5,7 bps dan tenor 30 tahun turun 0,6 bps. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular