Sekadar Mengingatkan, Dolar AS Hampir di Bawah Rp 14.000
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 January 2019 11:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum terhenti. Bahkan bukan tidak mungkin dolar AS kembali ke level Rp 13.000.
Pada Senin (7/1/2019) pukul 11:32 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.000. Rupiah menguat 1,86% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah menguat 0,56%. Selepas itu penguatan rupiah kian menebal dan belum terbendung.
Jika rupiah terus menguat, maka dolar AS di kisaran Rp 13.000 bukan sekadar harapan. Kali terakhir dolar AS berada di level tersebut adalah pada pertengahan 2018.
Faktor domestik dan eksternal mendukung keperkasaan rupiah. Dari dalam negeri, rupiah memang sudah cukup lama tertekan. Selama 2018, rupiah melemah 7,07% terhadap greenback. Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua di Asia, hanya lebih baik dari rupee India.
Rupiah yang sudah terkoreksi cukup dalam pada 2018 memiliki peluang untuk mengalami technical rebound. Harga rupiah yang sudah murah membuatnya menarik di mata investor sehingga mendorong aksi borong yang membuat nilainya menguat tajam.
Dari sisi eksternal, sentimen positif tengah memayungi pasar keuangan Asia. Penyebabnya adalah investor berharap banyak pada pertemuan tingkat wakil menteri AS-China di Beijing yang dimulai hari ini. Sentimen positif ini sudah merebak sejak akhir pekan lalu.
Pelaku pasar berbunga-bunga mengetahui damai dagang AS-China sepertinya sudah semakin dekat. Aset-aset berisiko di Asia pun kembali menjadi buruan utama, termasuk di Indonesia.
Pada pukul 11:28 WIB, investor asing membukukan beli bersih Rp 210,99 miliar di pasar saham. Aksi borong investor asing berperan dalam mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,77%.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) bergerak turun yang menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat investor. Yield obligasi pemerintah tenor 5 tahun turun 12,7 basis poin (bps), dan tenor 10 tahun turun 10,6 bps.
Kemudian untuk tenor 15 tahun, yield turun 4,8 bps. Lalu untuk tenor 20 tahun, yield turun 5,7 bps dan tenor 30 tahun tuun 0,6 bps.
Berbagai faktor tersebut mendukung keperkasaan rupiah. Bahkan penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia.
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (7/1/2019) pukul 11:32 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.000. Rupiah menguat 1,86% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah menguat 0,56%. Selepas itu penguatan rupiah kian menebal dan belum terbendung.
Faktor domestik dan eksternal mendukung keperkasaan rupiah. Dari dalam negeri, rupiah memang sudah cukup lama tertekan. Selama 2018, rupiah melemah 7,07% terhadap greenback. Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua di Asia, hanya lebih baik dari rupee India.
Rupiah yang sudah terkoreksi cukup dalam pada 2018 memiliki peluang untuk mengalami technical rebound. Harga rupiah yang sudah murah membuatnya menarik di mata investor sehingga mendorong aksi borong yang membuat nilainya menguat tajam.
Dari sisi eksternal, sentimen positif tengah memayungi pasar keuangan Asia. Penyebabnya adalah investor berharap banyak pada pertemuan tingkat wakil menteri AS-China di Beijing yang dimulai hari ini. Sentimen positif ini sudah merebak sejak akhir pekan lalu.
Pelaku pasar berbunga-bunga mengetahui damai dagang AS-China sepertinya sudah semakin dekat. Aset-aset berisiko di Asia pun kembali menjadi buruan utama, termasuk di Indonesia.
Pada pukul 11:28 WIB, investor asing membukukan beli bersih Rp 210,99 miliar di pasar saham. Aksi borong investor asing berperan dalam mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,77%.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) bergerak turun yang menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat investor. Yield obligasi pemerintah tenor 5 tahun turun 12,7 basis poin (bps), dan tenor 10 tahun turun 10,6 bps.
Kemudian untuk tenor 15 tahun, yield turun 4,8 bps. Lalu untuk tenor 20 tahun, yield turun 5,7 bps dan tenor 30 tahun tuun 0,6 bps.
Berbagai faktor tersebut mendukung keperkasaan rupiah. Bahkan penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular