Kondisi Global Tekor, Yield Obligasi AS Cetak Rekor

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
03 January 2019 20:57
Tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat kembali turun hingga sore ini di tengah sentimen negatif yang melanda pasar global.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat kembali turun hingga sore ini di tengah sentimen negatif yang melanda pasar global. 

Saat ini, pelaku pasar sedang dikhawatirkan pembekuan sementara (shutdown) sebagian fungsi pemerintahan negeri adidaya tersebut dan ancaman melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. 

Penurunan yang sekaligus membukukan penurunan terendah sejak 25 Januari 2018 tersebut menunjukkan minat investor global yang menjauhkan diri dari instrumen investasi berisiko dan mengejar instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven), salah satunya obligasi AS. 

Data Refinitiv sore ini (3/1/19) menunjukkan yield surat utang tenor 10 tahun Negeri Paman Sam tersebut, yang biasa disebut US Treasury, kembali turun ke 2,63%, posisi terendah sejak akhir Januari tahun lalu.  

Seri 10 tahun menjadi yang paling sering dijadikan acuan di pasar karena likuiditasnya lebih cair. Penurunan yield menunjukkan saat ini efek utang tersebut sedang diburu pelaku pasar sehingga turut mendongrak harganya di pasar.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Secara bersamaan, harga seri 10 tahun tersebut juga naik ke 104%, bahkan lebih panjang dari rekor yield karena menjadi rekor harga tertinggi seri tersebut sejak 10 Februari 2016. 

Turunnya yield US Treasury tersebut turut membuat selisih (spread) dengan tenor lain yang lebih pendek, salah satunya dengan tenor acuan 3 bulan, menipis. 

Jika selisih keduanya terjadi terbalik (inversi) maka akan semakin menegaskan gencarnya ancaman terhadap tekanan ekonomi dan resesi di Negeri Paman Trump tersebut karena investor lebih berminat memburu tenor lebih panjang dibandingkan dengan tenor yang lebih pendek. 

Saat ini inversi, yang secara gabungan biasa dikenal dengan nama kurva yield terbalik (inverted yield curve) sudah terjadi pada tenor 2 tahun-5 tahun. 

Saat ini spread US Treasury 3 bulan-10 tahun semakin menipis menjadi 16 basis poin (bps), dari posisi terendah sebelumnya yaitu 18 bps pada 2 hari yang lalu. 

Yield US Treasury Acuan 3 Jan 2019
SeriBenchmarkYield 2 Jan 2019 (%) Yield 3 Jan 2019 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.4172.4713 bulan-5 tahun-0.3
UST 20202 Tahun2.5042.4922 tahun-5 tahun1.8
UST 20213 Tahun2.4752.4513 tahun-5 tahun-2.3
UST 20235 Tahun2.5032.4743 bulan-10 tahun-16.7
UST 202810 Tahun2.6612.6382 tahun-10 tahun-14.6
Sumber: Refinitiv 

Turunnya yield US Treasury 10 tahun tidak diikuti mayoritas pasar surat utang negara maju yang justru terkoreksi, seperti yang terlihat di pasar bund Jerman, gilt Inggris, dan OAT Perancis. 

Penguatan hanya dialami oleh pasar JGB Jepang. Di negara berkembang, penguatan juga hanya terjadi di China, Filipina, dan Afsel.

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 2 Jan 2019 (%)Yield 3 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.29.222.00
China3.2033.191-1.20
Jerman0.1710.1790.80
Perancis0.6550.6681.30
Inggris 1.2121.2291.70
India7.4177.4311.40
Italia2.6912.8414.90
Jepang0.002-0.001-0.30
Malaysia4.0734.0770.40
Filipina7.0366.931-10.50
Rusia8.698.71.00
Singapura2.0452.0530.80
Thailand2.412.410.00
Turki16.2216.3412.00
Amerika Serikat2.6612.638-2.30
Afrika Selatan8.8858.88-0.50
Sumber: Refinitiv 

Turunnya yield seri 10 tahun itu juga membuat spread dengan surat utang negara (SUN) rupiah yang diterbitkan pemerintah mencapai 543 bps, melebar dari posisi kemarin 535 bps. 

Hari ini, harga SUN terkoreksi dan menunjukkan kenaikan yield di pasar, seiring dengan lelang rutin yang dilakukan hari ini.  

Keempat seri yang menjadi acuan di pasar SUN adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Koreksi paling dalam ditunjukkan dengan kenaikan yield tertinggi yang dialami seri 10 tahun yaitu naik 6,6 bps menjadi 8,07%.

Koreksi juga terjadi pada seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.

 
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Jan 2019
SeriJatuh tempoYield 2 Jan 2019 (%) Yield 3 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 3 Jan'19
FR0063 20237.8697.8993.007.9748
FR0064 20288.0118.0776.608.0437
FR0065 20358.2338.2895.608.3428
FR0075 20388.3998.4484.908.4452
Avg movement5.03
Sumber: Refinitiv 

Dalam lelang hari ini, pemerintah banjir permintaan yaitu mencapai Rp 55,27 triliun dan berhasil menerbitkan Rp 28,25 triliun. 

Jumlah penerbitan itu setara dengan target Rp 15 triliun-Rp 30 triliun yang ditetapkan pemerintah. Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermintercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,53 poin (0,23%) menjadi 235,82 dari posisi kemarin 236,36. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,48 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 2 Januari.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 230 miliar dibanding posisi akhir 2018 Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.  

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/roy) Next Article Lepas Liburan, Harga Obligasi Pemerintah Meroket

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular