
Lepas Liburan, Harga Obligasi Pemerintah Meroket
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 June 2019 11:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah meroket selepas liburan panjang akibat positifnya pasar keuangan global seiring dengan sentimen positif terhadap ekspektasi penurunan suku bunga negara-negara ekonomi utama dunia.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain pada periode yang sama.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 22,1 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Jun'19
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 569 bps, menyempit dari posisi 2 pekan lalu 586 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,11% dari posisi sebelum liburan 2,15%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi yang cukup besar pada tenor 3 bulan-10 tahun, yaitu 16,3 bps meskipun sudah mereda dibanding posisi 2 pekan lalu yang sempat berada pada 22 bps.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 10 Jun'2019
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 951 triliun SBN, atau 38,07% dari total beredar Rp 2.498 triliun berdasarkan data per 24 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 57,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Meskipun demikian, sepanjang Mei ini investor asing sudah keluar dari pasar SUN senilai Rp 11,57 triliun dan sepekan lalu nilai dana asing keluar mencapai Rp 3,43 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 1,55% dan 0,35%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan di hampir seluruh pasar terjadi dalam 2 pekan ini di tengah ekspektasi penurunan suku bunga negara utama dunia.
Normalnya, jika suku bunga turun maka harga obligasi di pasar akan naik.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain pada periode yang sama.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 22,1 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Jun'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 31 Mei'19 (%) | Yield 10 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 31 Mei'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.562 | 7.445 | -11.70 | 7.4499 |
FR0078 | 10 tahun | 8.023 | 7.813 | -21.00 | 7.8768 |
FR0068 | 15 tahun | 8.482 | 8.261 | -22.10 | 8.328 |
FR0079 | 20 tahun | 8.461 | 8.293 | -16.80 | 8.3644 |
Avg movement | -17.90 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 569 bps, menyempit dari posisi 2 pekan lalu 586 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,11% dari posisi sebelum liburan 2,15%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi yang cukup besar pada tenor 3 bulan-10 tahun, yaitu 16,3 bps meskipun sudah mereda dibanding posisi 2 pekan lalu yang sempat berada pada 22 bps.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 10 Jun'2019
Seri | Benchmark | Yield 31 Mei'19 (%) | Yield 10 Jun'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.274 | 2.28 | 3 bulan-5 tahun | 38.9 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.849 | 1.89 | 2 tahun-5 tahun | -0.1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.818 | 1.861 | 3 tahun-5 tahun | -3 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.851 | 1.891 | 3 bulan-10 tahun | 16.3 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.084 | 2.117 | 2 tahun-10 tahun | -22.7 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 951 triliun SBN, atau 38,07% dari total beredar Rp 2.498 triliun berdasarkan data per 24 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 57,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Meskipun demikian, sepanjang Mei ini investor asing sudah keluar dari pasar SUN senilai Rp 11,57 triliun dan sepekan lalu nilai dana asing keluar mencapai Rp 3,43 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 1,55% dan 0,35%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan di hampir seluruh pasar terjadi dalam 2 pekan ini di tengah ekspektasi penurunan suku bunga negara utama dunia.
Normalnya, jika suku bunga turun maka harga obligasi di pasar akan naik.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 31 Mei'19 (%) | Yield 10 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.44 | 8.18 | -26.00 |
China | 3.297 | 3.26 | -3.70 |
Jerman | -0.207 | -0.256 | -4.90 |
Perancis | 0.219 | 0.085 | -13.40 |
Inggris | 0.86 | 0.817 | -4.30 |
India | 7.039 | 6.974 | -6.50 |
Jepang | -0.093 | -0.125 | -3.20 |
Malaysia | 3.796 | 3.703 | -9.30 |
Filipina | 5.571 | 5.251 | -32.00 |
Rusia | 7.94 | 7.74 | -20.00 |
Singapura | 2.087 | 2.044 | -4.30 |
Thailand | 2.355 | 2.27 | -8.50 |
Amerika Serikat | 2.154 | 2.117 | -3.70 |
Afrika Selatan | 8.505 | 8.475 | -3.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular