
Awal Tahun Saham BUMI Bergerak Liar, Naik 15%
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
03 January 2019 17:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bumi Recources Tbk (BUMI) melesat jelang penutupan perdagangan saham. Tak tanggung-tangang harga saham produsen batu bara terbesar Indonesia tersebut ditutup hampir 15%.
Pada penutupan perdagangan saham hari ini, harga saham BUMI naik 14,71% ke level harga Rp 117/saham. Volume perdagangan tercatat mencapai 521,38 juta saham senilai Rp 57,82 miliar.
Kenaikan harga saham BUMI tidak sejalan dengan sektor yang mengalami koreksi hari ini. Indeks sektor pertambangan tercatat terkoreksi 0,39%.
Selain itu ada kabar perlambatan manufaktur China. Padahal China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia.
Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, sehingga sentimen akan pelemahan perekonomian, yang sejalan dengan penurunan permintaan energi China akan sangat mempengaruhi pasar.
Perlambatan perekonomian China makin terkonfirmasi pada hari kemarin, saat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur China yang dirilis oleh Caixin mencatatkan penurunan ke posisi 49,7 di bulan Desember 2018. Padahal pada bulan November 2018 masih berada di level 50,2.
Turunnya PMI Manufaktur China merupakan gambaran atas menurunnya kegiatan di sektor manufaktur negeri Tirai Bambu, yang merupakan sektor yang mengkonsumsi banyak energi. Dengan menurunnya permintaan akan energi, maka diprediksi permintaan akan batu bara China juga akan ikut tergerus.
Demikian pula dengan harga minyak, hingga pukul 13:00 WIB, harga minyak jenis Brent kembali amblas 1,22% ke level US$ 54,24/barel, setelah sebelumnya ditutup menguat sebesar 2,06% di posisi US$ 54,91/barel pada perdagangan sesi kemarin.Hal senada juga dialami saudaranya, minyak mentah jenis lightsweet (WTI) yang hingga saat ini melemah sebesar 2,11% ke posisi US$ 45,56/barel, setelah kemarin ditutup menguat 2,49% di posisi US$ 46,54/barel.
(hps/roy) Next Article Begini Cerita Keluarga Bakrie Kehilangan Kendali di BUMI
Pada penutupan perdagangan saham hari ini, harga saham BUMI naik 14,71% ke level harga Rp 117/saham. Volume perdagangan tercatat mencapai 521,38 juta saham senilai Rp 57,82 miliar.
Kenaikan harga saham BUMI tidak sejalan dengan sektor yang mengalami koreksi hari ini. Indeks sektor pertambangan tercatat terkoreksi 0,39%.
Selain itu ada kabar perlambatan manufaktur China. Padahal China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia.
Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, sehingga sentimen akan pelemahan perekonomian, yang sejalan dengan penurunan permintaan energi China akan sangat mempengaruhi pasar.
Perlambatan perekonomian China makin terkonfirmasi pada hari kemarin, saat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur China yang dirilis oleh Caixin mencatatkan penurunan ke posisi 49,7 di bulan Desember 2018. Padahal pada bulan November 2018 masih berada di level 50,2.
Turunnya PMI Manufaktur China merupakan gambaran atas menurunnya kegiatan di sektor manufaktur negeri Tirai Bambu, yang merupakan sektor yang mengkonsumsi banyak energi. Dengan menurunnya permintaan akan energi, maka diprediksi permintaan akan batu bara China juga akan ikut tergerus.
Demikian pula dengan harga minyak, hingga pukul 13:00 WIB, harga minyak jenis Brent kembali amblas 1,22% ke level US$ 54,24/barel, setelah sebelumnya ditutup menguat sebesar 2,06% di posisi US$ 54,91/barel pada perdagangan sesi kemarin.Hal senada juga dialami saudaranya, minyak mentah jenis lightsweet (WTI) yang hingga saat ini melemah sebesar 2,11% ke posisi US$ 45,56/barel, setelah kemarin ditutup menguat 2,49% di posisi US$ 46,54/barel.
(hps/roy) Next Article Begini Cerita Keluarga Bakrie Kehilangan Kendali di BUMI
Most Popular