
Jelang Lelang SUN, Harga Obligasi Kembali Terkoreksi
Irvin Avriano A, CNBC Indonesia
03 January 2019 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada awal perdagangan hari ini menjelang lelang perdana yang digelar siang ini.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain bersamaan dengan kekhawatiran pelaku pasar global terhadap isu shutdown sebagian pemerintah Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi global.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. Seri yang paling terkoreksi adalah seri 10 tahun dengan kenaikan yield 6,6 basis poin (bps) menjadi 8,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Sejalan dengan seri itu, seri acuan lain yaitu 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga terkoreksi dengan naiknya yield 3 bps, 5,6 bps, dan 3,7 bps menjadi 7,89%, 8,28%, dan 8,43%.
Sumber: Refinitiv
Tahun ini, seri acuan tersebut akan segera diganti dengan beberapa seri baru yang sudah terbit yaitu FR0077 untuk tenor 5 tahun, FR0078 untuk 10 tahun, dam FR0068 15 tahun. Seri baru FR0079 20 tahun akan diterbitkan perdana dalam lelang rutin perdana siang ini, Kamis (3/1). Dalam lelang tersebut, pemerintah menargetkan dana Rp 15- 30 triliun dari penerbitan beberapa seri acuan baru.
Pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu akan menggelar dua surat perbendaharaan negara (SPN), yaitu SUN bertenor di bawah 1 rahun serta empat seri kupon tetap (fixed rate/FR). Seri itu termasuk seri FR0077 berkupon 8,125% dan jatuh tempo 2024 dan seri FR0078 (penerbitan kembali) dengan tingkat kupon 8,25% dan jatuh tempo 2029. Kemudian, seri FR0068 berkupon 8,375% persen dan jatuh tempo 15 Mei 2034 dan seri FR0079 (penerbitan baru).
Sebelum lelang, lumrahnya pasar efek utang akan terkoreksi karena pelaku pasar biasanya ingin menaikkan yield di pasar sehingga dapat berpengaruh dan mendapatkan diskon yang relatif besar pada lelang.
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam risetnya memprediksi jumlah penawaran yang masuk dari peserta lelang mencapai Rp 45 -55 triliun, lebih tinggi dari lelang terakhir Rp 41,63 triliun. Dia juga memprediksi nilai wajar yield seri 10 tahun acuan baru akan berada pada 7,96%-8,03% dalam lelang tersebut.
Sumber: PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, melebar dari posisi kemarin 535 bps.
Yield US Treasury Rekor Terendah Sejak 2018
Imbal hasil atau yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,63% dari posisi kemarin 2,65% dan berhasil menempati posisi terendah sejak 25 Januari 2018. Saat ini, yield US Treasury juga sudah menunjukkan adanya inversi yang berarti anomali ketika yield seri jangka panjang lebih rendah daripada yield seri lebih pendek.
Kondisi itu mencerminkan minat investor global yang justru mengejar seri pendek karena mengkhawatirkan adanya tekanan ekonomi ke depan. Turunnya yield US Treasury, yang juga menunjukkan semakin diburunya instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven) berbarengan dengan penguatan harga emas dan mata uang yen ketika pelaku pasar sedang mengkhawatirkan shutdown AS dan melambatnya perekonomian global. US Treasury, komoditas emas, dan yen memang lumrah dianggap sebagai safe haven ketika kondisi keuangan global sedang berkontraksi.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,25 triliun SBN, atau 37,71% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 31 Desember 2018. Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,34 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,46% menjadi 6.209 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,24% menjadi Rp 14.480 di hadapan tiap dolar AS. Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,31% menjadi 96,520. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami China, India, dan Thailand sedangkan koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan dialami pasar bund di Jerman, OAT di Perancis, JGB di Jepang, dan pasar US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Awal 2019, Sri Mulyani Cari Utangan Hingga Rp 30 T
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Jan 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 2 Jan 2019 (%) | Yield 3 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 2 Jan'19 |
FR0063 | 2023 | 7.869 | 7.899 | 3.00 | 7.732 |
FR0064 | 2028 | 8.011 | 8.077 | 6.60 | 7.949 |
FR0065 | 2035 | 8.233 | 8.289 | 5.60 | 8.1717 |
FR0075 | 2038 | 8.399 | 8.436 | 3.70 | 8.3491 |
Avg movement | 4.73 |
Tahun ini, seri acuan tersebut akan segera diganti dengan beberapa seri baru yang sudah terbit yaitu FR0077 untuk tenor 5 tahun, FR0078 untuk 10 tahun, dam FR0068 15 tahun. Seri baru FR0079 20 tahun akan diterbitkan perdana dalam lelang rutin perdana siang ini, Kamis (3/1). Dalam lelang tersebut, pemerintah menargetkan dana Rp 15- 30 triliun dari penerbitan beberapa seri acuan baru.
Pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu akan menggelar dua surat perbendaharaan negara (SPN), yaitu SUN bertenor di bawah 1 rahun serta empat seri kupon tetap (fixed rate/FR). Seri itu termasuk seri FR0077 berkupon 8,125% dan jatuh tempo 2024 dan seri FR0078 (penerbitan kembali) dengan tingkat kupon 8,25% dan jatuh tempo 2029. Kemudian, seri FR0068 berkupon 8,375% persen dan jatuh tempo 15 Mei 2034 dan seri FR0079 (penerbitan baru).
Sebelum lelang, lumrahnya pasar efek utang akan terkoreksi karena pelaku pasar biasanya ingin menaikkan yield di pasar sehingga dapat berpengaruh dan mendapatkan diskon yang relatif besar pada lelang.
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam risetnya memprediksi jumlah penawaran yang masuk dari peserta lelang mencapai Rp 45 -55 triliun, lebih tinggi dari lelang terakhir Rp 41,63 triliun. Dia juga memprediksi nilai wajar yield seri 10 tahun acuan baru akan berada pada 7,96%-8,03% dalam lelang tersebut.
Seri | Kupon | Rentang Prediksi Yield Wajar |
SPN03190406 | 5.13%-6.2% | |
SPN12200106 | 6.1%-6.7% | |
FR0077 | 8.13% | 7.89%-7.98% |
FR0078 | 8.25% | 7.96%-8.03% |
FR0068 | 8.38% | 8.27%-8,35% |
FR0079 | *8.50000% | 8.46%-8.52% |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, melebar dari posisi kemarin 535 bps.
Yield US Treasury Rekor Terendah Sejak 2018
Imbal hasil atau yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,63% dari posisi kemarin 2,65% dan berhasil menempati posisi terendah sejak 25 Januari 2018. Saat ini, yield US Treasury juga sudah menunjukkan adanya inversi yang berarti anomali ketika yield seri jangka panjang lebih rendah daripada yield seri lebih pendek.
Kondisi itu mencerminkan minat investor global yang justru mengejar seri pendek karena mengkhawatirkan adanya tekanan ekonomi ke depan. Turunnya yield US Treasury, yang juga menunjukkan semakin diburunya instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven) berbarengan dengan penguatan harga emas dan mata uang yen ketika pelaku pasar sedang mengkhawatirkan shutdown AS dan melambatnya perekonomian global. US Treasury, komoditas emas, dan yen memang lumrah dianggap sebagai safe haven ketika kondisi keuangan global sedang berkontraksi.
Yield US Treasury Acuan 3 Jan 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 2 Jan 2019 (%) | Yield 3 Jan 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.417 | 2.428 | 3 bulan-5 tahun | -4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.504 | 2.478 | 2 tahun-5 tahun | 1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.475 | 2.442 | 3 tahun-5 tahun | -2.6 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.503 | 2.468 | 3 bulan-10 tahun | -20.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.661 | 2.633 | 2 tahun-10 tahun | -15.5 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,25 triliun SBN, atau 37,71% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 31 Desember 2018. Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,34 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,46% menjadi 6.209 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,24% menjadi Rp 14.480 di hadapan tiap dolar AS. Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,31% menjadi 96,520. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami China, India, dan Thailand sedangkan koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan dialami pasar bund di Jerman, OAT di Perancis, JGB di Jepang, dan pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 2 Jan 2019 (%) | Yield 3 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.2 | 9.25 | 5.00 |
China | 3.203 | 3.178 | -2.50 |
Jerman | 0.171 | 0.162 | -0.90 |
Perancis | 0.655 | 0.648 | -0.70 |
Inggris | 1.212 | 1.217 | 0.50 |
India | 7.417 | 7.354 | -6.30 |
Italia | 2.691 | 2.7 | 0.90 |
Jepang | 0.002 | -0.001 | -0.30 |
Malaysia | 4.073 | 4.077 | 0.40 |
Filipina | 7.036 | 7.036 | 0.00 |
Rusia | 8.69 | 8.7 | 1.00 |
Singapura | 2.045 | 2.045 | 0.00 |
Thailand | 2.41 | 2.39 | -2.00 |
Turki | 16.22 | 16.22 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.661 | 2.633 | -2.80 |
Afrika Selatan | 8.885 | 8.935 | 5.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Awal 2019, Sri Mulyani Cari Utangan Hingga Rp 30 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular