Cermati 5 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Ini

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 January 2019 20:53
Cermati 5 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan di pekan pertama tahun 2019 akan segera dimulai. Guna menghadapinya, investor patut mencermati sejumlah sentimen, baik domestik maupun eksternal, yang berpotensi mendikte jalannya perdagangan di pasar saham dalam negeri. 

Tim Riset CNBC Indonesia merangkum sejumlah sentimen yang dimaksud.

Rilis Data Inflasi Indonesia

Esok hari (2/1/2019) pada pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Desember 2018. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi tahunan (year-on-year/YoY) pada Desember 2018 sebesar 3,04%. Inflasi YoY pada Desember akan sama dengan inflasi sepanjang tahun kalender (year-to-date/YtD). 

Kuat-lemahnya angka inflasi bulan Desember akan memberikan petunjuk mengenai kondisi daya beli masyarakat Indonesia pada saat musim liburan kemarin. Jika inflasi tercatat lebih tinggi dari ekspektasi, saham-saham yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat bisa diburu investor.

[Gambas:Video CNBC]


Pada pekan ini, pelaku pasar perlu memantau ketat perkembangan perang dagang AS-China. Belum lama ini, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah berbicara panjang melalui sambungan telepon dengan Presiden China Xi Jinping. Hasil dari pembicaraan tersebut, menurut Trump, sangat positif.

"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump

Xi pun memberi sinyal kemesraan hubungan dengan Washington. Mengutip kantor berita Xinhua, Xi berharap kesepakatan dengan AS segera diteken. "Saya berharap kedua delegasi bertemu, bekerja keras, untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia sesegera mungkin," tegas Xi. Pada hari Kamis (3/1/2019), data Manufacturing PMI AS versi ISM periode Desember 2018 akan diumumkan. Rilis data ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut kepada investor terkait seberapa signifikan perang dagang dengan China sudah memukul perekonomian AS.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru untuk produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China menyasar US$ 110 miliar produk asal AS.

Pada hari Jumat (4/1/2019), ada serangkaian data tenaga kerja yang akan dirilis di AS, yakni penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Desember 2018, tingkat pengangguran periode Desember 2018, dan pertumbuhan tingkat upah rata-rata periode Desember 2018.

Perlu diketahui bahwa data tenaga kerja merupakan satu dari dua indikator penting yang dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS, selain data inflasi.

Lantas, kuat-lemahnya data tenaga kerja yang akan dirilis menjelang akhir pekan akan mempengaruhi arah kebijakan bank sentral ke depannya.



Berbicara mengenai The Fed, masih pada hari Jumat sang The Fed-1 Jerome Powell dijadwalkan berpartisipasi dalam diskusi panel bertema “Federal Reserve chairs: Joint Interview" yang akan digelar di Atlanta, Amerika Serikat.

Pelaku pasar akan mencermati secara seksama setiap pernyataan yang keluar dari mulut Powell, guna mencari petunjuk mengenai arah kebijakan bank sentral kedepannya.

Sepanjang tahun lalu, Powell dan kolega telah mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali dengan total 100 bps. Pada tahun ini, normalisasi diperkirakan sebanyak 2 kali (50 bps).

TIM RISET CNBC INDONESIA




(ank/roy) Next Article Inflasi Kalahkan Ekspektasi, IHSG Tipiskan Kekalahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular