Pada pekan ini, pelaku pasar perlu memantau ketat perkembangan perang dagang AS-China. Belum lama ini, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah berbicara panjang melalui sambungan telepon dengan Presiden China Xi Jinping. Hasil dari pembicaraan tersebut, menurut Trump, sangat positif.
"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump
Xi pun memberi sinyal kemesraan hubungan dengan Washington. Mengutip kantor berita Xinhua, Xi berharap kesepakatan dengan AS segera diteken. "Saya berharap kedua delegasi bertemu, bekerja keras, untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia sesegera mungkin," tegas Xi.
Pada hari Kamis (3/1/2019), data Manufacturing PMI AS versi ISM periode Desember 2018 akan diumumkan. Rilis data ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut kepada investor terkait seberapa signifikan perang dagang dengan China sudah memukul perekonomian AS.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru untuk produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China menyasar US$ 110 miliar produk asal AS.
Pada hari Jumat (4/1/2019), ada serangkaian data tenaga kerja yang akan dirilis di AS, yakni penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Desember 2018, tingkat pengangguran periode Desember 2018, dan pertumbuhan tingkat upah rata-rata periode Desember 2018.
Perlu diketahui bahwa data tenaga kerja merupakan satu dari dua indikator penting yang dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS, selain data inflasi.
Lantas, kuat-lemahnya data tenaga kerja yang akan dirilis menjelang akhir pekan akan mempengaruhi arah kebijakan bank sentral ke depannya.
Berbicara mengenai The Fed, masih pada hari Jumat sang The Fed-1 Jerome Powell dijadwalkan berpartisipasi dalam diskusi panel bertema “Federal Reserve chairs: Joint Interview" yang akan digelar di Atlanta, Amerika Serikat.
Pelaku pasar akan mencermati secara seksama setiap pernyataan yang keluar dari mulut Powell, guna mencari petunjuk mengenai arah kebijakan bank sentral kedepannya.
Sepanjang tahun lalu, Powell dan kolega telah mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali dengan total 100 bps. Pada tahun ini, normalisasi diperkirakan sebanyak 2 kali (50 bps).
TIM RISET CNBC INDONESIA