
Optimistis The Fed Tak Gahar Lagi, IHSG Berpeluang Untung
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 January 2019 15:53

Menariknya, pelaku pasar justru melakukan price-in yang berbeda dengan apa yang diproyeksikan oleh The Fed terkait dengan kenaikan suku bunga acuan. Berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 1 Januari 2019, probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% (tidak ada kenaikan suku bunga acuan) pada akhir tahun 2019 adalah sebesar 73,4%, lebih tinggi dibandingkan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 25,4%.
Ini artinya, mayoritas pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga acuan di AS tak akan naik sama sekali pada tahun ini.
Memang, berbicara di hadapan wartawan selepas pertemuan bulan Desember selesai digelar, Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan sinyal yang kuat bahwa arah kebijakan bank sentral masih belum pasti.
“Ada ketidakpastian besar terkait jalur maupun tujuan akhir dari kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut,” papar Powell.
“Inflasi masih berada sedikit di bawah level 2%. Jadi saya berpikir bahwa itu memberikan Komite ruang untuk bersabar dalam melaju kedepannya.”
Keraguan pelaku pasar nampak timbul lantaran rilis data ekonomi di AS belakangan ini terus mengindikasikan sinyal perlambatan.
Untuk tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi AS tumbuh sebesar 2,9%, sebelum kemudian melandai ke level 2,5% pada tahun 2019. Dengan dampak pemotongan pajak individu dan korporasi yang masih segar terasa saja, pertumbuhan ekonomi AS tak mampu mencapai level 3% atau level yang merupakan target dari pemerintahan Donald Trump.
Pelaku pasar melihat bahwa tingkat FFR di level 2,25-2,5% sudah merupakan level netral sehingga tak perlu normalisasi lanjutan. (ank/hps)
Ini artinya, mayoritas pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga acuan di AS tak akan naik sama sekali pada tahun ini.
Memang, berbicara di hadapan wartawan selepas pertemuan bulan Desember selesai digelar, Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan sinyal yang kuat bahwa arah kebijakan bank sentral masih belum pasti.
“Inflasi masih berada sedikit di bawah level 2%. Jadi saya berpikir bahwa itu memberikan Komite ruang untuk bersabar dalam melaju kedepannya.”
Keraguan pelaku pasar nampak timbul lantaran rilis data ekonomi di AS belakangan ini terus mengindikasikan sinyal perlambatan.
Untuk tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi AS tumbuh sebesar 2,9%, sebelum kemudian melandai ke level 2,5% pada tahun 2019. Dengan dampak pemotongan pajak individu dan korporasi yang masih segar terasa saja, pertumbuhan ekonomi AS tak mampu mencapai level 3% atau level yang merupakan target dari pemerintahan Donald Trump.
Pelaku pasar melihat bahwa tingkat FFR di level 2,25-2,5% sudah merupakan level netral sehingga tak perlu normalisasi lanjutan. (ank/hps)
Next Page
Dolar AS Jadi Kehilangan Pijakan
Pages
Most Popular