
Harga CPO Turun 15% di Tahun 2018, Terparah Dalam 6 Tahun!
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
31 December 2018 19:12

Kelima, faktor terakhir datang dari faktor fundamental. Stok Malaysia dan Indonesia, dua top produsen CPO dunia, terus mengalami peningkatan pada tahun ini.
Malaysian Palm Oil Board (MPOB) merilis bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia naik 10,5% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 3,01 juta ton pada November. Capaian itu merupakan level tertinggi dalam 18 tahun terakhir. Secara historis, stok minyak kelapa sawit Negeri Jiran telah meningkat selama 6 bulan berturut-turut.
Hal senada juga disampaikan oleh GAPKI. Pada Oktober 2018, stok akhir minyak kelapa sawit Indonesia tercatat naik sebesar 30,47% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke 4,41 juta ton. Sebelumnya, pada bulan Juli 2018, stok minyak kelapa sawit RI mencapai rekor 4,9 juta ton, naik 5 bulan berturut-turut sejak bulan Maret 2018.
Peningkatan stok yang signifikan di kedua negara produsen utama ini tak lepas dari melambungnya produksi. GAPKI melaporkan tingkat produksi minyak kelapa sawit RI meningkat 2,04% MtM pada bulan Oktober 2018 ke angka 4,51 juta ton. Capaian itu merupakan yang tertinggi di tahun ini.
Sedangkan, produksi CPO di Malaysia juga bertambah 4 bulan berturut-turut hingga bulan Oktober 2018, menjadi 1,96 juta ton. Memang pada bulan November produksinya sedikit mengendur menjadi 1,84 juta ton, namun angka ini masih merupakan salah satu yang tertinggi di tahun ini.
Di saat produksi diekspektasikan melambung, permintaan malah cenderung lesu. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia turun dua bulan berturut-turut pada bulan Oktober dan November 2018, masing-masing sebesar 2,47% MtM dan 13,29% MtM.
Selain bea impor yang dikenakan India, stok minyak kedelai domestik yang melambung juga menjadi penghambat permintaan di Negeri Bollywood.
Mengutip Reuters, produksi kedelai di India bahkan diramal meningkat 20% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke angka 10 juta ton pada periode Oktober 2018-Oktober 2019. Kemudian, jumlah lahan di India yang ditanami kedelai juga diekspektasikan meningkat menjadi 11,1 juta hektar di periode yang sama, dari sebelumnya 10,2 juta hektar.
Sementara, permintaan dari top importir lainnya di Bumi Belahan Utara (BBU) juga melambat jelang akhir tahun. Pasalnya, minyak kelapa sawit memang cenderung memadat pada musim dingin.
Melihat fundamental yang buruk seperti ini, wajar jika harga CPO terpuruk di beberapa bulan terakhir tahun ini. Kesimpulannya, tahun 2018 memang menjadi tahun yang suram bagi CPO.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus)
Malaysian Palm Oil Board (MPOB) merilis bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia naik 10,5% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 3,01 juta ton pada November. Capaian itu merupakan level tertinggi dalam 18 tahun terakhir. Secara historis, stok minyak kelapa sawit Negeri Jiran telah meningkat selama 6 bulan berturut-turut.
Hal senada juga disampaikan oleh GAPKI. Pada Oktober 2018, stok akhir minyak kelapa sawit Indonesia tercatat naik sebesar 30,47% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke 4,41 juta ton. Sebelumnya, pada bulan Juli 2018, stok minyak kelapa sawit RI mencapai rekor 4,9 juta ton, naik 5 bulan berturut-turut sejak bulan Maret 2018.
Peningkatan stok yang signifikan di kedua negara produsen utama ini tak lepas dari melambungnya produksi. GAPKI melaporkan tingkat produksi minyak kelapa sawit RI meningkat 2,04% MtM pada bulan Oktober 2018 ke angka 4,51 juta ton. Capaian itu merupakan yang tertinggi di tahun ini.
Sedangkan, produksi CPO di Malaysia juga bertambah 4 bulan berturut-turut hingga bulan Oktober 2018, menjadi 1,96 juta ton. Memang pada bulan November produksinya sedikit mengendur menjadi 1,84 juta ton, namun angka ini masih merupakan salah satu yang tertinggi di tahun ini.
Di saat produksi diekspektasikan melambung, permintaan malah cenderung lesu. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia turun dua bulan berturut-turut pada bulan Oktober dan November 2018, masing-masing sebesar 2,47% MtM dan 13,29% MtM.
Selain bea impor yang dikenakan India, stok minyak kedelai domestik yang melambung juga menjadi penghambat permintaan di Negeri Bollywood.
Mengutip Reuters, produksi kedelai di India bahkan diramal meningkat 20% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke angka 10 juta ton pada periode Oktober 2018-Oktober 2019. Kemudian, jumlah lahan di India yang ditanami kedelai juga diekspektasikan meningkat menjadi 11,1 juta hektar di periode yang sama, dari sebelumnya 10,2 juta hektar.
Sementara, permintaan dari top importir lainnya di Bumi Belahan Utara (BBU) juga melambat jelang akhir tahun. Pasalnya, minyak kelapa sawit memang cenderung memadat pada musim dingin.
Melihat fundamental yang buruk seperti ini, wajar jika harga CPO terpuruk di beberapa bulan terakhir tahun ini. Kesimpulannya, tahun 2018 memang menjadi tahun yang suram bagi CPO.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular