Pekan Terakhir 2018, Harga Batu Bara Mampu Menguat Tipis 0,2%

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
31 December 2018 12:03
Penguatan Yuan China dan Inspeksi Pertambangan Stabilkan Harga Batu Bara
Foto: Istimewa
Meski demikian, ada dua sentimen positif yang menyokong pergerakan harga batu bara. Pertama, Yuan China tercatat mampu menguat 0,42% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di sepanjang pekan lalu.

Dolar AS memang cenderung menderita dalam seminggu terakhir. Dalam sepekan, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia) melemah sebesar 0,57% secara point-to-point.

Lemahnya data-data ekonomi Negeri Paman Sam menjadi pendorong utama pelemahan greenback.

Teranyar, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS versi The Conference Board periode Desember diumumkan di level 128,1 turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan Ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2015. IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.

Pada akhirnya, terdapat keraguan bahwa The Federal Reserve/The Fed masih akan mengeksekusi rencanannya untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 28 Desember 2018, terdapat 78,5% kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan sama sekali pada tahun depan, naik drastis dari posisi sepekan sebelumnya yang sebesar 47,9%.

Munculnya potensi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan naik di tahun depan, membuat dolar AS jadi tidak punya energi untuk bisa menguat. Seperti diketahui, di sepanjang tahun ini Dollar Index mampu menguat hingga 4,6% ditopang Federal Funds Rate yang naik hingga 100 basis poin (bps).

Sentimen ini ampuh untuk membuat sebagian mata uang Asia, termasuk yuan China, mampu menguat di hadapan dolar AS dalam beberapa hari terakhir.

Penguatan yuan China terhadap greenback lantas membuat biaya impor batu bara Negeri Panda menjadi relatif lebih murah. Hal ini menjadi sentimen bahwa permintaan batu bara China masih bisa menguat.

Kedua, inspeksi pertambangan di sejumlah pertambangan Negeri Panda diekspektasikan masih akan membatasi produksi batu bara domestik di China.

Seperti diketahui, otoritas pengawas keselamatan tambang di China telah melakukan inspeksi pada sejumlah pertambangan batu bara di seluruh pelosok negeri dari bulan Oktober 2018 – Juni 2019, dalam rangka meningkatkan kualitas keselamatan.

Langkah ini diambil pasca terjadinya kecelakaan tambang batu bara di provinsi Shandong pada bulan Oktober yang menewaskan 8 orang. Pada akhirnya, kini 41 pertambangan batu bara di China diperintahkan untuk menahan produksi sembari dilakukan pengecekan keamanan oleh pihak berwenang, seperti dilansir dari Reuters.

Seretnya pasokan domestik dari dalam negeri akan mendorong China untuk membuka keran impornya demi memenuhi kebutuhan batu bara, khususnya untuk sektor pembangkat listrik. Lagi-lagi ini menjadi sentimen bahwa permintaan batu bara masih bisa meningkat ke depannya.

Pada akhirnya, harga batu bara masih mampu membukukan performa mingguan positif di tengah gempuran sentimen negatif yang ada.

(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular