
Apakah Rp 15.000/US$ Level 'New Normal' Rupiah Bagi BI?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
27 December 2018 16:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) berbicara mengenai pergerakan nilai tukar rupiah terhadapĀ dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun depan.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah tak memungkiri, rupiah akan tetap menghadapi sejumlah tantangan dari kondisi global. Namun, tidak akan sebesar pada tahun ini.
Nanang memahami, mata uang Garuda sepanjang tahun ini sempat menembus level psikologis Rp 15.000/US$. Namun, BI tidak melihat hal tersebut sebagai suatu level baru bagi rupiah.
"Kami tidak memperhatikan level. Jadi ke depan, tantangan masih ada, rupiah melemah bisa saja, tapi rupiah punya ruang menguat," kata Nanang dalam wawancara eksklusif bersama Hera F Haryn dalam Program Closing Bell CNBC Indonesia TV, Kamis (27/12/2018).
"Karena global sangat sulit diprediksi. [...] Kami akan tetap jaga market confidence dan kepercayaan masyarakat," tegasnya.
Menurut Nanang, rupiah memang mengalami masa-masa kelam sepanjang tahun ini. Namun pada tahun depan, situasi yang terjadi tidak akan sama persis dengan tahun depan.
"Di Indonesia banyak dipersoalkan masalah level. Tapi masyarakat sudah terbiasa di Rp 14.000/US$ dan Rp 15.000/US$. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelasnya.
BI pun memastikan akan terus berada di pasar untuk memastikan volatiltias rupiah tetap terjaga, dengan tetap menjaga agar depresiasi rupiah tidak terlalu dalam dan tidak menimbulkan gejolak terhadap perekonomian.
"Yang perlu di manage adalah depresiasi secara terukur, dan tidak menimbulkan gejolak. Sampai hari ini, BI ada di pasar memastikan rupiah tetap stabil untuk menjaga market confidence," tegasnya.
(dru/dru) Next Article 3 Faktor Utama yang Buat Rupiah Keok Lawan Dolar, Simak!
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah tak memungkiri, rupiah akan tetap menghadapi sejumlah tantangan dari kondisi global. Namun, tidak akan sebesar pada tahun ini.
Nanang memahami, mata uang Garuda sepanjang tahun ini sempat menembus level psikologis Rp 15.000/US$. Namun, BI tidak melihat hal tersebut sebagai suatu level baru bagi rupiah.
"Karena global sangat sulit diprediksi. [...] Kami akan tetap jaga market confidence dan kepercayaan masyarakat," tegasnya.
![]() |
Menurut Nanang, rupiah memang mengalami masa-masa kelam sepanjang tahun ini. Namun pada tahun depan, situasi yang terjadi tidak akan sama persis dengan tahun depan.
"Di Indonesia banyak dipersoalkan masalah level. Tapi masyarakat sudah terbiasa di Rp 14.000/US$ dan Rp 15.000/US$. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelasnya.
BI pun memastikan akan terus berada di pasar untuk memastikan volatiltias rupiah tetap terjaga, dengan tetap menjaga agar depresiasi rupiah tidak terlalu dalam dan tidak menimbulkan gejolak terhadap perekonomian.
"Yang perlu di manage adalah depresiasi secara terukur, dan tidak menimbulkan gejolak. Sampai hari ini, BI ada di pasar memastikan rupiah tetap stabil untuk menjaga market confidence," tegasnya.
(dru/dru) Next Article 3 Faktor Utama yang Buat Rupiah Keok Lawan Dolar, Simak!
Most Popular