
'Kebakaran' di Wall Street Sampai ke Asia, IHSG Jatuh 0,82%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2018 09:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjalani perdagangan pertama selepas libur Natal dengan catatan negatif. Dibuka melemah 0,6%, IHSG sudah jatuh sebesar 0,82% pada pukul 9:15 WIB ke level 6.113,36.
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei naik 1,1%, indeks Shanghai naik 0,15%, indeks Strait Times turun 1,06%, dan indeks Kospi turun 1,37%.
Tekanan bagi bursa saham Asia datang dari Wall Street yang 'kebakaran' pada perdagangan terakhir sebelum libur Natal (24/12/2018): indeks Dow Jones anjlok 2,91%, indeks S&P 500 ambruk 2,71%, dan indeks Nasdaq Composite terpangkas 2,21%.
Berbagai faktor memicu sell-off di bursa saham Negeri Paman Sam. Pertama, rilis data ekonomi yang mengecewakan masih membebani benak investor.
Pada hari Jumat, pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 3,4% (QoQ annualized), di bawah pembacaan sebelumnya dan konsensus yang sebesar 3,5%, seperti dilansir dari Forex Factory. Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode November diumumkan terkontraksi sebesar 0,3% MoM, di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,3% MoM.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM sepanjang bulan November, di bawah ekspektasi yang sebesar 0,3% MoM.
Faktor kedua yang memicu sell-off di bursa saham Negeri Paman Sam adalah pemberitaan bahwa Presiden AS Donald Trump mendiskusikan untuk memecat Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.
Walaupun sudah dibantah oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, serangan terbaru Trump kepada The Fed dalam sebuah cuitan tertanggal 24 Desember membuat pelaku pasar masih khawatir bahwa Powell akan benar-benar dilengserkan dari posisinya.
"Satu-satunya masalah yang dimiliki perekonomian kita adalah the Fed..." cuit trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Faktor ketiga adalah tutupnya pemerintahan AS (government shutdown) yang sudah dimulai sejak hari Sabtu (22/12/2018). Shutdown kali ini menanadai yang ketiga selama Trump menjabat sebagai presiden AS. Kali ini, masalah anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko menjadi penyebab pemerintahan AS harus tutup sementara.
Dengan ekonomi AS yang sedang diterpa perlambatan, tutupnya pemerintahan tentu menjadi hal terakhir yang diinginkan pelaku pasar saham di sana.
Berbagai sentimen negatif yang datang dari AS membuat investor menjadikan dolar AS selaku safe haven sebagai pilihannya. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,27% di pasar spot ke level Rp 14.590/dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat sebesar 0,1%.
Tekanan terhadap rupiah lantas memicu investor asing untuk melakukan aksi jual. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 30,3 miliar di pasar saham tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Mengekor Wall Street & Bursa Asia, IHSG Koreksi Hampir 2%
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei naik 1,1%, indeks Shanghai naik 0,15%, indeks Strait Times turun 1,06%, dan indeks Kospi turun 1,37%.
Tekanan bagi bursa saham Asia datang dari Wall Street yang 'kebakaran' pada perdagangan terakhir sebelum libur Natal (24/12/2018): indeks Dow Jones anjlok 2,91%, indeks S&P 500 ambruk 2,71%, dan indeks Nasdaq Composite terpangkas 2,21%.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM sepanjang bulan November, di bawah ekspektasi yang sebesar 0,3% MoM.
Faktor kedua yang memicu sell-off di bursa saham Negeri Paman Sam adalah pemberitaan bahwa Presiden AS Donald Trump mendiskusikan untuk memecat Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.
Walaupun sudah dibantah oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, serangan terbaru Trump kepada The Fed dalam sebuah cuitan tertanggal 24 Desember membuat pelaku pasar masih khawatir bahwa Powell akan benar-benar dilengserkan dari posisinya.
"Satu-satunya masalah yang dimiliki perekonomian kita adalah the Fed..." cuit trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Faktor ketiga adalah tutupnya pemerintahan AS (government shutdown) yang sudah dimulai sejak hari Sabtu (22/12/2018). Shutdown kali ini menanadai yang ketiga selama Trump menjabat sebagai presiden AS. Kali ini, masalah anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko menjadi penyebab pemerintahan AS harus tutup sementara.
Dengan ekonomi AS yang sedang diterpa perlambatan, tutupnya pemerintahan tentu menjadi hal terakhir yang diinginkan pelaku pasar saham di sana.
Berbagai sentimen negatif yang datang dari AS membuat investor menjadikan dolar AS selaku safe haven sebagai pilihannya. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,27% di pasar spot ke level Rp 14.590/dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat sebesar 0,1%.
Tekanan terhadap rupiah lantas memicu investor asing untuk melakukan aksi jual. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 30,3 miliar di pasar saham tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Mengekor Wall Street & Bursa Asia, IHSG Koreksi Hampir 2%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular