
Mengekor Koreksi Harga Minyak Kedelai, Harga CPO Turun Lagi
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
21 December 2018 14:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini Jumat (21/12/2018) per pukul 14.19 WIB, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi 0,59% ke level MYR 2.172/ton.
Harga CPO kini sudah terkoreksi selama 2 hari berturut-turut, pasca sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi dalam 8 pekan terakhir, atau sejak 24 Oktober 2018. Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan hari Rabu (19/12/2018), harga CPO melambung 2% ke level MYR 2.198/ton.
Sentimen yang menjadi pemberat harga CPO hari ini adalah aksi ambil untung yang dilakukan investor, serta penurunan harga sang rival minyak kedelai pada perdagangan overnight.
Dalam sepekan ini, hingga tanggal 19 Desember 2018, harga CPO sudah naik nyaris 5% secara point-to-point, hingga menyentuh rekor tertinggi dalam 8 pekan.
Penguatan sebesar itu lantas menggoda investor untuk merealisasikan keuntungannya. Harga CPO pun cenderung mengalami koreksi teknikal pada 2 hari terakhir ini.
Terlebih, ada alasan bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai kontrak Januari 2019 di Chicago Board of Trade (CBoT) terkoreksi 0,9%, terendah dalam 3 pekan terakhir.
Komoditas minyak kedelai sebenarnya mendapatkan angin segar dari China yang sudah mengonfirmasi pembelian kedelai asal AS untuk kedua kalinya, sejak gencatan senjata perang dagang Washington-Beijing awal bulan ini. Mengutip Reuters, China akan melakukan pembelian tambahan sebanyak lebih dari 2 juta ton kedelai AS sebelum liburan Natal. Alhasil, total penjualan kedelai AS ke China kini mencapai 5 juta ton lebih di Desember ini.
Sayangnya, volume pembelian kedelai yang sejauh ini dilakukan oleh Beijing juga belum mampu memuaskan pelaku pasar.
BACA: Pembelian Kedelai dari China Tidak Memuaskan, Harga CPO Turun
Pasalnya, Departemen Agrikultur AS (USDA) memroyeksikan bahwa stok kedelai AS pada akhir musim 2018/2019 akan menyentuh rekor tertinggi 955 juta bushel, naik dua kali lipat dari tahun lalu. Pembelian China dalam jumlah yang tidak terlalu besar tentunya dikhawatirkan tidak akan mampu mengompensasi peningkatan stok yang begitu masif.
Dengan alasan itu, investor akhirnya cenderung melepas komoditas harga minyak kedelai di bursa Chicago. Harga komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam ini pun melemah cukup dalam kemarin.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
Meski demikian, siang ini harga minyak kedelai mengalami rebound, dengan penguatan di kisaran 0,3%. Pasalnya, China berencana akan melakukan pembelian kedelai made in USA untuk gelombang ketiga, ujar dua sumber yang familiar dengan isu tersebut, seperti dilansir dari Reuters.
Oleh karena itu, masih ada peluang harga CPO menipiskan pelemahannya hingga akhir perdagangan hari ini.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Harga CPO kini sudah terkoreksi selama 2 hari berturut-turut, pasca sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi dalam 8 pekan terakhir, atau sejak 24 Oktober 2018. Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan hari Rabu (19/12/2018), harga CPO melambung 2% ke level MYR 2.198/ton.
Sentimen yang menjadi pemberat harga CPO hari ini adalah aksi ambil untung yang dilakukan investor, serta penurunan harga sang rival minyak kedelai pada perdagangan overnight.
Dalam sepekan ini, hingga tanggal 19 Desember 2018, harga CPO sudah naik nyaris 5% secara point-to-point, hingga menyentuh rekor tertinggi dalam 8 pekan.
Penguatan sebesar itu lantas menggoda investor untuk merealisasikan keuntungannya. Harga CPO pun cenderung mengalami koreksi teknikal pada 2 hari terakhir ini.
Terlebih, ada alasan bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai kontrak Januari 2019 di Chicago Board of Trade (CBoT) terkoreksi 0,9%, terendah dalam 3 pekan terakhir.
Komoditas minyak kedelai sebenarnya mendapatkan angin segar dari China yang sudah mengonfirmasi pembelian kedelai asal AS untuk kedua kalinya, sejak gencatan senjata perang dagang Washington-Beijing awal bulan ini. Mengutip Reuters, China akan melakukan pembelian tambahan sebanyak lebih dari 2 juta ton kedelai AS sebelum liburan Natal. Alhasil, total penjualan kedelai AS ke China kini mencapai 5 juta ton lebih di Desember ini.
Sayangnya, volume pembelian kedelai yang sejauh ini dilakukan oleh Beijing juga belum mampu memuaskan pelaku pasar.
BACA: Pembelian Kedelai dari China Tidak Memuaskan, Harga CPO Turun
Pasalnya, Departemen Agrikultur AS (USDA) memroyeksikan bahwa stok kedelai AS pada akhir musim 2018/2019 akan menyentuh rekor tertinggi 955 juta bushel, naik dua kali lipat dari tahun lalu. Pembelian China dalam jumlah yang tidak terlalu besar tentunya dikhawatirkan tidak akan mampu mengompensasi peningkatan stok yang begitu masif.
Dengan alasan itu, investor akhirnya cenderung melepas komoditas harga minyak kedelai di bursa Chicago. Harga komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam ini pun melemah cukup dalam kemarin.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
Meski demikian, siang ini harga minyak kedelai mengalami rebound, dengan penguatan di kisaran 0,3%. Pasalnya, China berencana akan melakukan pembelian kedelai made in USA untuk gelombang ketiga, ujar dua sumber yang familiar dengan isu tersebut, seperti dilansir dari Reuters.
Oleh karena itu, masih ada peluang harga CPO menipiskan pelemahannya hingga akhir perdagangan hari ini.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular