
China Beli Kedelai AS Lagi, Harga CPO Tertinggi Dalam 7 Pekan
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 December 2018 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini Rabu (19/12/2018) per pukul 11.30 WIB (penutupan perdagangan sesi 1), harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 1,11% ke level MYR 2.179/ton.
Harga CPO kini menyentuh rekor tertinggi dalam 7 pekan terakhir, atau sejak 29 Oktober 2018.
Sentimen yang menjadi penyokong harga CPO hari ini adalah ekspektasi menurunnya produksi minyak kelapa sawit di Malaysia. Selain itu, kenaikan harga minyak kedelai di Amerika Serikat (AS) juga menyuntikkan energi tambahan bagi pergerakan harga.
Ada harapan bahwa produksi minyak kelapa sawit di Negeri Jiran menurun lebih jauh lagi di bulan Desember ini. Padahal, produksi di bulan November sudah turun 6,09% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,85 juta ton. Sebagai catatan, Malaysia adalah produsen CPO terbesar kedua dunia, satu level di bawah Indonesia.
Secara musiman, produksi minyak kelapa sawit di Malaysia memang mencapai puncaknya di antara kuartal III dan kuartal IV tiap tahunnya, sebelum kemudian menurun di penghujung tahun.
BACA: Berharap Produksi Turun, Harga CPO Naik Nyaris 1%
Faktor lainnya yang menyokong harga CPO adalah naiknya harga minyak kedelai kontrak Januari 2019 di Chicago Board of Trade (CBoT) sebesar 0,9%, pada perdagangan kemarin. Hingga siang hari ini, harga komoditas agrikultur unggulan AS ini masih melanjutkan penguatan sebesar 0,3%.
Harga minyak kedelai mendapatkan energi dari importir China yang dikabarkan sudah memesan kedelai AS, untuk kedua kalinya sejak gencatan senjata perang dagang Washington-Beijing awal bulan ini. Meski demikian, belum jelas seberapa banyak China akan membeli kedelai made in USA di gelombang kedua ini.
Sebagai informasi, pekan lalu perusahaan milik negara China sudah memesan 1,5 juta ton kedelai asal AS untuk pengiriman Januari-Maret 2019, yang merupakan pembelian pertama Negeri Panda dalam 6 bulan terakhir.
Kembalinya Beijing ke pasar kedelai AS ini lantas memunculkan harapan bahwa stok kedelai di Negeri Paman Sam akan lumayan tergerus ke depannya. Pekan lalu, Departemen Agrikultur AS (USDA) memroyeksikan bahwa stok kedelai AS pada akhir musim 2018/2019 akan menyentuh rekor tertinggi 955 juta bushel, naik dua kali lipat dari tahun lalu.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Harga CPO kini menyentuh rekor tertinggi dalam 7 pekan terakhir, atau sejak 29 Oktober 2018.
Sentimen yang menjadi penyokong harga CPO hari ini adalah ekspektasi menurunnya produksi minyak kelapa sawit di Malaysia. Selain itu, kenaikan harga minyak kedelai di Amerika Serikat (AS) juga menyuntikkan energi tambahan bagi pergerakan harga.
Ada harapan bahwa produksi minyak kelapa sawit di Negeri Jiran menurun lebih jauh lagi di bulan Desember ini. Padahal, produksi di bulan November sudah turun 6,09% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,85 juta ton. Sebagai catatan, Malaysia adalah produsen CPO terbesar kedua dunia, satu level di bawah Indonesia.
Secara musiman, produksi minyak kelapa sawit di Malaysia memang mencapai puncaknya di antara kuartal III dan kuartal IV tiap tahunnya, sebelum kemudian menurun di penghujung tahun.
BACA: Berharap Produksi Turun, Harga CPO Naik Nyaris 1%
Faktor lainnya yang menyokong harga CPO adalah naiknya harga minyak kedelai kontrak Januari 2019 di Chicago Board of Trade (CBoT) sebesar 0,9%, pada perdagangan kemarin. Hingga siang hari ini, harga komoditas agrikultur unggulan AS ini masih melanjutkan penguatan sebesar 0,3%.
Harga minyak kedelai mendapatkan energi dari importir China yang dikabarkan sudah memesan kedelai AS, untuk kedua kalinya sejak gencatan senjata perang dagang Washington-Beijing awal bulan ini. Meski demikian, belum jelas seberapa banyak China akan membeli kedelai made in USA di gelombang kedua ini.
Sebagai informasi, pekan lalu perusahaan milik negara China sudah memesan 1,5 juta ton kedelai asal AS untuk pengiriman Januari-Maret 2019, yang merupakan pembelian pertama Negeri Panda dalam 6 bulan terakhir.
Kembalinya Beijing ke pasar kedelai AS ini lantas memunculkan harapan bahwa stok kedelai di Negeri Paman Sam akan lumayan tergerus ke depannya. Pekan lalu, Departemen Agrikultur AS (USDA) memroyeksikan bahwa stok kedelai AS pada akhir musim 2018/2019 akan menyentuh rekor tertinggi 955 juta bushel, naik dua kali lipat dari tahun lalu.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular