Ekonomi Dunia Lesu, Harga Batu Bara Lanjut Melemah

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 December 2018 11:00
Pada perdagangan hari Selasa (18/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka turun sebesar 0,34% ke level US$ 101,5/Metrik Ton (MT).
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC IndonesiaPada penutupan perdagangan hari Selasa (18/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka turun sebesar 0,34% ke level US$ 101,5/Metrik Ton (MT). Harga si batu hitam masih berada dalam tren penurunan, pasca sehari sebelumnya juga membukukan koreksi sebesar 0,44%.

Dalam sepekan yang berakhir tanggal 14 Desember, harga batu bara juga turun sebesar 0,24% secara point-to-point. Harga batu bara bahkan kini menyentuh titik terendah dalam nyaris 1 bulan terakhir, atau sejak 26 November 2018.

Hari ini harga batu bara tertekan oleh masih tingginya stok batu bara di sejumlah pembangkit listrik di China. Selain itu, sentimen negatif juga datang dari perlambatan ekonomi dunia.



Konsumsi batu bara di China sebenarnya mulai membaik. Mengutip data China Coal Transport and Distribution Association, kini penggunaan batu bara harian oleh 6 pembangkit lisrik utama di China meningkat 19% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke 741.000 ton per hari Kamis (13/12/2018).

Situasi ini sepertinya tidak lepas dari musim dingin memang sudah mencapai puncaknya di Negeri Tirai Bambu. Saat cuaca dingin melanda, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat. Hal ini kemudian mampu mengatrol volume penggunaan batu bara di sejumlah pembangkit listrik utama di China.

Sayangnya, peningkatan konsumsi tersebut belum mampu secara signifikan menggerus stok batu bara di China yang sedang tinggi-tingginya.

BACA: Stok China Masih Tinggi, Harga Batu Bara Loyo di Awal Pekan

Sebagai informasi, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China sebenarnya turun 0,90% WtW  ke level 17,77 juta ton, dalam sepekan hingga tanggal 14 Desember 2018. Capaian itu memutus kenaikan mingguan selama 9 pekan berturut-turut sebelumnya.

Meski demikian, penurunan tersebut masih dianggap kurang banyak oleh pelaku pasar. Stok saat ini masih berada di level yang tinggi, atau masih dekat dengan rekor tertinggi sejak Januari 2015.

Sentimen negatif lainnya datang dari kemungkinan turunnya permintaan global. Perlambatan ekonomi dunia yang semakin nyata memunculkan persepsi bahwa permintaan energi akan ikut melambat.

Kemarin, Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengumumkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018 sebesar 3,6% secara tahunan (year-on-year/YoY), melambat dari kuartal II-2018 sebesar 3,8% dan kuartal III-2017 sebesar 4%.

Adapun negara-negara importir utama batu bara kompak mengalami perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi China melambat ke 6,5% di kuartal III-2018, dari kuartal sebelumnya sebesar 6,7%. Sementara, ekonomi India melambat ke 7,2% di kuartal lalu, dari kuartal sebelumnya sebesar 7,8%.


Kemudian, ekonomi Jepang dan Korea Selatan juga melambat di kuartal III-2018, masing-masing sebesar 0,1% dan 2%. Padahal, di kuartal II-2018, Jepang membukukan pertumbuhan sebesar 1,4%, sementara ekonomi Korea Selatan tumbuh 2,8%.

 (TIM RISET CNBC INDONESIA)


(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular