
Internasional
'Cubitan' The Fed Terasa dari Jakarta hingga Buenos Aires
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 December 2018 18:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve terus menaikkan suku bunga tahun ini, laba di toko Andy Kurniawan yang letaknya sangat jauh dari AS, yaitu di Jakarta, merosot hampir menyentuh nol. Toko Andy Kurniawan menjual koleksi action figure atau miniatur karakter tokoh-tokoh komik.
Keputusan The Fed itu memperkuat dolar dan memukul rupiah, serta membuat harga impor lebih mahal. Tetapi Kurniawan menolak dorongan untuk menaikkan harga produknya, menghindari kebodohan karakter favoritnya, Hulk.
"Semuanya hancur" ketika Hulk yang berkulit hijau melepaskan kemarahan dan kehancurannya, katanya di tokonya yang dipenuhi kotak mainan dari lantai hingga ke langit-langitnya, dilansir dari Reuters.
"Tetapi saya harus cukup berani untuk memotong margin saya, berharap orang-orang akan tetap datang ke bisnis saya."
Ketika di Washington bank sentral AS menekan pedal rem untuk mendinginkan ekonomi terbesar di dunia, seperti yang siap dilakukan lagi minggu ini, efeknya beriak sampai jauh dan luas. Mengeluh tidak akan membawa banyak hasil, meskipun beberapa pejabat telah meminta The Fed untuk lebih sensitif terhadap dampak tindakannya terhadap pasar negara berkembang, atau setidaknya lebih berhati-hati dalam menyampaikan niatnya.
Presiden AS Donald Trump juga mengecam The Fed karena terlalu cepat dan terlalu agresif, namun tidak banyak membuahkan hasil.
Dengan menaikkan suku bunga dan menghapus kepemilikan asetnya sendiri, the Fed membuat obligasi pemerintah AS lebih menarik dibandingkan dengan investasi luar negeri yang lebih berisiko. Langkah ini secara efektif memberatkan pasar-pasar berkembang karena meningkatnya permintaan dolar yang mengorbankan mata uang lainnya.
Bank sentral mengakui pengaruhnya melampaui batas AS, tetapi para central banker juga berargumentasi hal itu dilakukan demi menjaga inflasi dan menaikkan tingkat pekerjaan semaksimum mungkin di dalam negeri.
William Dudley, berbicara kepada Reuters sebelum pensiun pada Juni sebagai presiden Fed New York, mengatakan tindakan the Fed seharusnya tidak mengejutkan siapa pun dan seharusnya ada langkah-langkah yang diambil oleh para pembuat kebijakan di negara lain untuk mempersiapkan negaranya dan beradaptasi.
"Beberapa negara ini memiliki defisit neraca fiskal dan defisit neraca berjalan yang besar, dan mereka bergantung pada modal asing untuk melanjutkan jalur fiskal mereka saat ini. Itu mungkin akan menjadi masalah dalam hal apapun," kata Dudley. "Jadi meletakkan semua ini pada normalisasi neraca mungkin akan sedikit terlalu jauh."
Langkah menaikkan suku bunga AS, secara virtual dari hampir nol dimulai tiga tahun lalu dan sudah lama ditunggu-tunggu. Tetapi baru pada awal tahun ini the Fed mencapai langkahnya dengan kenaikan suku bunga kuartalan dan pengurangan bertahap aset yang telah dibeli untuk membantu memulihkan ekonomi dari krisis keuangan 2007-2009.
Aliran modal dari pasar negara berkembang yang mendukung aset AS yang relatif lebih tinggi dan penguatan dolar meningkat sekitar bulan April.
Berbulan-bulan kemudian, tiga atau empat dari 30 karyawan di TAAD, produsen lampu di pinggiran kota Buenos Aires, segera kehilangan pekerjaan mereka. Presiden perusahaan, Daniel Araujo, mengatakan mata uang peso lokal yang terjun bebas terhadap dolar membuat tembaga dan plastik mentah yang diimpor perusahaan menjadi begitu mahal sehingga ia harus mengurangi separuh produksi.
"Kami mengalami kebuntuan," katanya, seperti dilansir dari Reuters.
"Profitabilitas kami sekarang hampir nol ... Kami tidak mampu melewati kenaikan biaya hingga harga produk kami."
Untuk Argentina yang dilanda inflasi, waktu pengetatan the Fed jelas memperburuk keadaan.
Paket pinjaman US$57 miliar Dana Moneter Internasional (IMF) telah membantu menstabilkan pasar, tetapi penurunan 50% peso terhadap dolar tahun ini telah menghantam perusahaan lokal yang bergantung pada impor dan yang sudah pulih dari rata-rata pinjaman perusahaan naik di atas 70%.
Akibatnya ekonomi Argentina, yang awalnya diperkirakan pemerintah akan tumbuh 3,5% tahun ini, sekarang terlihat terkontraksi 2,4%, menurut jajak pendapat para analis bank sentral.
BERLANJUT KE HALAMAN DUA
Keputusan The Fed itu memperkuat dolar dan memukul rupiah, serta membuat harga impor lebih mahal. Tetapi Kurniawan menolak dorongan untuk menaikkan harga produknya, menghindari kebodohan karakter favoritnya, Hulk.
"Semuanya hancur" ketika Hulk yang berkulit hijau melepaskan kemarahan dan kehancurannya, katanya di tokonya yang dipenuhi kotak mainan dari lantai hingga ke langit-langitnya, dilansir dari Reuters.
Ketika di Washington bank sentral AS menekan pedal rem untuk mendinginkan ekonomi terbesar di dunia, seperti yang siap dilakukan lagi minggu ini, efeknya beriak sampai jauh dan luas. Mengeluh tidak akan membawa banyak hasil, meskipun beberapa pejabat telah meminta The Fed untuk lebih sensitif terhadap dampak tindakannya terhadap pasar negara berkembang, atau setidaknya lebih berhati-hati dalam menyampaikan niatnya.
Presiden AS Donald Trump juga mengecam The Fed karena terlalu cepat dan terlalu agresif, namun tidak banyak membuahkan hasil.
Dengan menaikkan suku bunga dan menghapus kepemilikan asetnya sendiri, the Fed membuat obligasi pemerintah AS lebih menarik dibandingkan dengan investasi luar negeri yang lebih berisiko. Langkah ini secara efektif memberatkan pasar-pasar berkembang karena meningkatnya permintaan dolar yang mengorbankan mata uang lainnya.
Bank sentral mengakui pengaruhnya melampaui batas AS, tetapi para central banker juga berargumentasi hal itu dilakukan demi menjaga inflasi dan menaikkan tingkat pekerjaan semaksimum mungkin di dalam negeri.
![]() |
William Dudley, berbicara kepada Reuters sebelum pensiun pada Juni sebagai presiden Fed New York, mengatakan tindakan the Fed seharusnya tidak mengejutkan siapa pun dan seharusnya ada langkah-langkah yang diambil oleh para pembuat kebijakan di negara lain untuk mempersiapkan negaranya dan beradaptasi.
"Beberapa negara ini memiliki defisit neraca fiskal dan defisit neraca berjalan yang besar, dan mereka bergantung pada modal asing untuk melanjutkan jalur fiskal mereka saat ini. Itu mungkin akan menjadi masalah dalam hal apapun," kata Dudley. "Jadi meletakkan semua ini pada normalisasi neraca mungkin akan sedikit terlalu jauh."
Langkah menaikkan suku bunga AS, secara virtual dari hampir nol dimulai tiga tahun lalu dan sudah lama ditunggu-tunggu. Tetapi baru pada awal tahun ini the Fed mencapai langkahnya dengan kenaikan suku bunga kuartalan dan pengurangan bertahap aset yang telah dibeli untuk membantu memulihkan ekonomi dari krisis keuangan 2007-2009.
Aliran modal dari pasar negara berkembang yang mendukung aset AS yang relatif lebih tinggi dan penguatan dolar meningkat sekitar bulan April.
Berbulan-bulan kemudian, tiga atau empat dari 30 karyawan di TAAD, produsen lampu di pinggiran kota Buenos Aires, segera kehilangan pekerjaan mereka. Presiden perusahaan, Daniel Araujo, mengatakan mata uang peso lokal yang terjun bebas terhadap dolar membuat tembaga dan plastik mentah yang diimpor perusahaan menjadi begitu mahal sehingga ia harus mengurangi separuh produksi.
"Kami mengalami kebuntuan," katanya, seperti dilansir dari Reuters.
"Profitabilitas kami sekarang hampir nol ... Kami tidak mampu melewati kenaikan biaya hingga harga produk kami."
Untuk Argentina yang dilanda inflasi, waktu pengetatan the Fed jelas memperburuk keadaan.
Paket pinjaman US$57 miliar Dana Moneter Internasional (IMF) telah membantu menstabilkan pasar, tetapi penurunan 50% peso terhadap dolar tahun ini telah menghantam perusahaan lokal yang bergantung pada impor dan yang sudah pulih dari rata-rata pinjaman perusahaan naik di atas 70%.
Akibatnya ekonomi Argentina, yang awalnya diperkirakan pemerintah akan tumbuh 3,5% tahun ini, sekarang terlihat terkontraksi 2,4%, menurut jajak pendapat para analis bank sentral.
BERLANJUT KE HALAMAN DUA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular