Ini Alasan Investor Jepang Incar Bank Permata!

Roy Franedya, CNBC Indonesia
18 December 2018 12:18
Ini Alasan Investor Jepang Incar Bank Permata!
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sepekan terakhir pelaku pasar sedang mencermati pemberitaan soal investor asing yang ingin mencaplok PT Bank Permata Tbk (BNLI).

Menurut Sumber CNBC Indonesia, ada empat bank besar Jepang yang mengikuti proses transaksi tersebut. Yakni, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Japan Post Bank (JPB), Mizuho Financial Group (MFG) dan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG).

Dari empat nama tersebut, tiga nama sudah memiliki afiliasi dengan bank-bank Indonesia. MUFG tercatat sudah menjadi pemilik 40% saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN). Sementara itu, SMFG juga tercatat sebagi pemegang 40% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan MFG sudah mendirikan PT Bank Mizuho di Indonesia. 

Nah, satu-satunya perusahaan keuangan Jepang yang belum beroperasi di Indonesia adalah Japan Post Bank. "Besar kemungkinan Japan Post Bank yang akan masuk," kata sumber tersebut yang menyebutkan perusahaan penasehat keuangan untuk transaksi ini berasal dari Singapura.

CNBC Indonesia sudah berupaya melakukan kontak ke Standard Chartered global, sebagai salah satu pemegang saham Bank Permata. Melalui Director Group Media Relations Standard Chartered Josephine Wong, CNBC Indonesia menyampaikan pertanyaan melalui email dan whatsapp. 

Namun Josephine ternyata sedang cuti, dari 15-23 Desember 2018. "Jadi respons saya mungkin agak terlambat," jawab email Josephine.

Saat ini, pemegang saham Bank Permata yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu, PT Astra International Tbk (ASII) sebanyak 44,56% atau sebanyak 12,50 miliar saham, kemudian Standard Chartered Bank 44,56% atau 12,50 miliar saham dan Masyarakat 10,88% atau 3,05 miliar.

[Gambas:Video CNBC]


Bank asal Jepang berlomba masuk ke Indonesia didasarkan pertimbangan logis. Saat ini industri perbankan Jepang memang lesu karena kebijakan suku bunga acuan sangat rendah. Hal ini membuat bank Jepang sulit berkembang.


Hingga Oktober, bunga acuan Jepang mencapai minus 0,1%. Nasabah penyimpan untuk mendapatkan keuntungan menyimpan dana di bank harus disubsidi oleh pemerintah. Selain itu, saat ini sebagian besar penduduk Jepang mendekati usia pensiun. Mereka lebih tertarik mempersiapkan masa pensiun ketimbang menarik kredit dari bank.

Hal ini membuat margin bunga bersih atau nett interest margin (NIM) empat bank besar di Jepang sangat mungil. NIM tertinggi dicatatkan Bank Sumitomo Mutsui Financial Group yang mencapai 0,42% sementara yang terendah dicatatkan Mizuho yang NIM-nya minus 0,22%.

Adapun Return of Assets (ROA) sebelum pajak juga cukup rendah. ROA tertinggi masih milik Mitsubishi UFJ sebesar 0,5% dan terendah ROA Japan Post Bank sebesar 0,2%.

Bank PermataFoto: CNBC Indonesia

NIM merupakan rasio keuangan untuk menunjukkan kemampuan bank mengelola aset produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Adapun ROA untuk mengukur kemampuan manajemen memperoleh keuntungan.

Semakin besar NIM dan ROA maka semakin tinggi kemampuan bank untuk mencetak keuntungan, begitu juga sebaliknya.

Berbeda dengan perbankan di Indonesia. Mengutip statistik perbankan Indonesia (SPI), hingga September 2018, NIM perbankan mencapai 5,14% dan ROA 2,5%. Perbankan di Indonesia bahkan jadi bank yang memiliki kemampuan mencetak laba terbaik di Asia Tenggara.

Adapun Bank Permata, Per September 2018, NIM mengalami peningkatan dari 3,94% menjadi 4,02%. Adapun ROA turun dari 0,77% menjadi 0,57%. ROA yang tertekan ini dikarenakan Bank Permata sedang fokus memperbaiki bisnisnya.

Belum lagi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan. Pada 2017, hanya 36% orang dewasa yang sudah memiliki rekening bank. Artinya ada 64% penduduk yang belum tersentuh akses perbankan. Ini menjadi bisnis yang menggiurkan.

[Gambas:Video CNBC]



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular