
Ini Alasan Investor Jepang Incar Bank Permata!
Roy Franedya, CNBC Indonesia
18 December 2018 12:18

Bank asal Jepang berlomba masuk ke Indonesia didasarkan pertimbangan logis. Saat ini industri perbankan Jepang memang lesu karena kebijakan suku bunga acuan sangat rendah. Hal ini membuat bank Jepang sulit berkembang.
Hingga Oktober, bunga acuan Jepang mencapai minus 0,1%. Nasabah penyimpan untuk mendapatkan keuntungan menyimpan dana di bank harus disubsidi oleh pemerintah. Selain itu, saat ini sebagian besar penduduk Jepang mendekati usia pensiun. Mereka lebih tertarik mempersiapkan masa pensiun ketimbang menarik kredit dari bank.
Hal ini membuat margin bunga bersih atau nett interest margin (NIM) empat bank besar di Jepang sangat mungil. NIM tertinggi dicatatkan Bank Sumitomo Mutsui Financial Group yang mencapai 0,42% sementara yang terendah dicatatkan Mizuho yang NIM-nya minus 0,22%.
Adapun Return of Assets (ROA) sebelum pajak juga cukup rendah. ROA tertinggi masih milik Mitsubishi UFJ sebesar 0,5% dan terendah ROA Japan Post Bank sebesar 0,2%.
NIM merupakan rasio keuangan untuk menunjukkan kemampuan bank mengelola aset produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Adapun ROA untuk mengukur kemampuan manajemen memperoleh keuntungan.
Semakin besar NIM dan ROA maka semakin tinggi kemampuan bank untuk mencetak keuntungan, begitu juga sebaliknya.
Berbeda dengan perbankan di Indonesia. Mengutip statistik perbankan Indonesia (SPI), hingga September 2018, NIM perbankan mencapai 5,14% dan ROA 2,5%. Perbankan di Indonesia bahkan jadi bank yang memiliki kemampuan mencetak laba terbaik di Asia Tenggara.
Adapun Bank Permata, Per September 2018, NIM mengalami peningkatan dari 3,94% menjadi 4,02%. Adapun ROA turun dari 0,77% menjadi 0,57%. ROA yang tertekan ini dikarenakan Bank Permata sedang fokus memperbaiki bisnisnya.
Belum lagi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan. Pada 2017, hanya 36% orang dewasa yang sudah memiliki rekening bank. Artinya ada 64% penduduk yang belum tersentuh akses perbankan. Ini menjadi bisnis yang menggiurkan.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/hps)
Hingga Oktober, bunga acuan Jepang mencapai minus 0,1%. Nasabah penyimpan untuk mendapatkan keuntungan menyimpan dana di bank harus disubsidi oleh pemerintah. Selain itu, saat ini sebagian besar penduduk Jepang mendekati usia pensiun. Mereka lebih tertarik mempersiapkan masa pensiun ketimbang menarik kredit dari bank.
Hal ini membuat margin bunga bersih atau nett interest margin (NIM) empat bank besar di Jepang sangat mungil. NIM tertinggi dicatatkan Bank Sumitomo Mutsui Financial Group yang mencapai 0,42% sementara yang terendah dicatatkan Mizuho yang NIM-nya minus 0,22%.
![]() |
NIM merupakan rasio keuangan untuk menunjukkan kemampuan bank mengelola aset produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Adapun ROA untuk mengukur kemampuan manajemen memperoleh keuntungan.
Semakin besar NIM dan ROA maka semakin tinggi kemampuan bank untuk mencetak keuntungan, begitu juga sebaliknya.
Berbeda dengan perbankan di Indonesia. Mengutip statistik perbankan Indonesia (SPI), hingga September 2018, NIM perbankan mencapai 5,14% dan ROA 2,5%. Perbankan di Indonesia bahkan jadi bank yang memiliki kemampuan mencetak laba terbaik di Asia Tenggara.
Adapun Bank Permata, Per September 2018, NIM mengalami peningkatan dari 3,94% menjadi 4,02%. Adapun ROA turun dari 0,77% menjadi 0,57%. ROA yang tertekan ini dikarenakan Bank Permata sedang fokus memperbaiki bisnisnya.
Belum lagi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan. Pada 2017, hanya 36% orang dewasa yang sudah memiliki rekening bank. Artinya ada 64% penduduk yang belum tersentuh akses perbankan. Ini menjadi bisnis yang menggiurkan.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular