Harga Kedelai Ambrol, Harga CPO Turun Nyaris 1% di Awal Pekan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
17 December 2018 19:10
Pada Senin (17/12/2018), harga CPO kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia ditutup terkoreksi 0,79% ke level MYR 2.121/ton.
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Jakarta, CNBC IndonesiaPada perdagangan hari ini Senin (17/12/2018), harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia ditutup terkoreksi 0,79% ke level MYR 2.121/ton.

Sentimen yang menjadi pemberat harga CPO hari ini adalah ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang diekspektasikan mengalami penurunan di bulan ini, serta anjloknya harga minyak kedelai di Amerika Serikat (AS).



Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia dilaporkan turun 4,7% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada periode 1-15 Desember 2018, mengutip data dari perusahaan inspeksi AmSpec Agri Malaysia dan perusahaan surveyor kargo Intertek Testing Services.

Melemahnya ekspor minyak sawit Negeri Jiran lantas menimbulkan kekhawatiran stok Malaysia akan kembali naik pada bulan Desember ini. Ekspor ternyata masih belum sanggup menemukan momentum untuk bergerak menguat.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu Malaysian Palm Oil Board (MPOB) yang mengumumkan bahwa stok minyak kelapa sawit di Malaysia naik 10,5% MtM ke angka 3,01 juta ton per November. Level itu merupakan yang tertinggi dalam 18 tahun terakhir.

Kala itu, MPOB melaporkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Malaysia turun 12,9% MtM ke 1,37 juta, atau lebih dalam dibandingkan survei Reuters yang mengekspektasikan penurunan sebesar 10,6%.

Faktor lainnya yang menekan harga CPO adalah harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) kontrak Januari 2019 yang tercatat amblas 1,2% pada penutupan perdagangan hari Jumat (14/12/2018).

Harga komoditas agrikultur unggulan AS ini mendapatkan tekanan dari volume penjualan kedelai ke China yang di bawah ekspektasi. Departemen Agrikultur AS (USDA) mengumumkan penjualan 1,13 juta ton kedelai ke Beijing, angka yang dianggap pelaku pasar belum cukup besar untuk mengangkat harga atau menyerap besarnya surplus yang saat ini sudah terakumulasi.

Terlebih, pekan lalu USDA juga masih memroyeksikan bahwa stok kedelai AS pada akhir musim 2018/2019 akan menyentuh rekor tertinggi 955 juta bushel, naik dua kali lipat dari tahun lalu.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)
  

(RHG/gus) Next Article Mengekor Pelemahan Harga Kedelai, Harga CPO Turun 0,13%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular