
IHSG Terburuk di Asia, Semua Salah Neraca Dagang!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 December 2018 17:04

Sektor barang konsumsi (-1,75%) dan jasa keuangan (-0,99%) menjadi sektor yang memimpin pelemahan IHSG.
Saham-saham barang konsumsi dilepas seiring dengan kelamnya prospek rupiah. Ketika rupiah melemah, tentunya konsumsi masyarakat akan tertekan. Apalagi, ada kemungkinan pada akhirnya harga jual bahan bakar minyak dinaikkan guna meredam CAD.
Sebagai informasi, bengkaknya neraca dagang Indonesia pada bulan lalu salah satunya dipicu oleh impor minyak dan gas yang begitu kuat. Sepanjang November, impor migas melesat 11,05% YoY.
Jika harga jual bahan bakar minyak dinaikkan, masyarakat akan cenderung mengurangi konsumsinya.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-2,91%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,25%), PT Gudang garam Tbk/GGRM (-1,99%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,41%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,01%).
Sementara itu, sektor jasa keuangan melemah seiring dengan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,31%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,17%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,55%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,29%.
Prospek rupiah yang suram memantik kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) akan terkerek naik. Hal ini tentu akan menekan profitabilitas perbankan.
Tak hanya memantik aksi jual pada saham-saham barang konsumsi dan perbankan, pelemahan rupiah juga membuat investor asing meninggalkan pasar saham tanah air.
Pada akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 405,6 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 224,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 83 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 51 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 42 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 23,7 miliar). (ank/hps)
Saham-saham barang konsumsi dilepas seiring dengan kelamnya prospek rupiah. Ketika rupiah melemah, tentunya konsumsi masyarakat akan tertekan. Apalagi, ada kemungkinan pada akhirnya harga jual bahan bakar minyak dinaikkan guna meredam CAD.
Sebagai informasi, bengkaknya neraca dagang Indonesia pada bulan lalu salah satunya dipicu oleh impor minyak dan gas yang begitu kuat. Sepanjang November, impor migas melesat 11,05% YoY.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-2,91%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,25%), PT Gudang garam Tbk/GGRM (-1,99%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,41%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,01%).
Sementara itu, sektor jasa keuangan melemah seiring dengan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,31%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,17%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,55%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,29%.
Prospek rupiah yang suram memantik kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) akan terkerek naik. Hal ini tentu akan menekan profitabilitas perbankan.
Tak hanya memantik aksi jual pada saham-saham barang konsumsi dan perbankan, pelemahan rupiah juga membuat investor asing meninggalkan pasar saham tanah air.
Pada akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 405,6 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 224,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 83 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 51 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 42 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 23,7 miliar). (ank/hps)
Next Page
Angin Segar Dari China Jadi Dihiraukan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular