
Neraca Dagang Babak Belur, IHSG Jadi yang Terburuk di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 December 2018 13:11

Pelemahan rupiah membuat IHSG belum tak memanfaatkan momentum yang ada. Hingga tengah hari, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.610/dolar AS.
Rupiah dipukul mundur seiring dengan jebolnya defisit neraca dagang Indonesia. Tak begitu lama menjelang akhir sesi 1, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode November, di mana ekspor tercatat turun sebesar 3,28% YoY.
Capaian ini terbilang mengecewakan lantaran konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh sebesar 2,6% YoY. Sementara itu, impor meroket hingga 11,68% YoY, jauh di atas konsensus yang sebesar 8,5% YoY.
Alhasil, defisit neraca dagang tercatat sebesar US$ 2,05 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 990 juta saja. Posisi ini menjadi yang terdalam sepanjang tahun 2018.
Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka besar kemungkinan defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan kembali membengkak pada kuartal-IV 2018. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Sebagai informasi, neraca dagang membukukan defisit yang dalam sepanjang bulan Oktober yakni sebesar US$ 1,82 miliar, sehingga tekanan lebih lanjut pada bulan November tentu akan menekan posisi CAD Indonesia.
Pada akhirnya, prospek rupiah di penghujung tahun ini dan memasuki tahun 2019 menjadi diselimuti awal gelap.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 180 miliar. Pelemahan rupiah membuat investor asing menghadapi yang namanya potensi kerugian dari selisih kurs, sehingga aksi jual menjadi tak terelakkan.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 108,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 35,1 miliar), PT Modernland Realty Tbk/MDLN (Rp 22 miliar), PT Pembangunan Perumahan Tbk/PTPP (Rp 19,2 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 18 miliar).
(ank/roy)
Rupiah dipukul mundur seiring dengan jebolnya defisit neraca dagang Indonesia. Tak begitu lama menjelang akhir sesi 1, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode November, di mana ekspor tercatat turun sebesar 3,28% YoY.
Capaian ini terbilang mengecewakan lantaran konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh sebesar 2,6% YoY. Sementara itu, impor meroket hingga 11,68% YoY, jauh di atas konsensus yang sebesar 8,5% YoY.
Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka besar kemungkinan defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan kembali membengkak pada kuartal-IV 2018. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Sebagai informasi, neraca dagang membukukan defisit yang dalam sepanjang bulan Oktober yakni sebesar US$ 1,82 miliar, sehingga tekanan lebih lanjut pada bulan November tentu akan menekan posisi CAD Indonesia.
Pada akhirnya, prospek rupiah di penghujung tahun ini dan memasuki tahun 2019 menjadi diselimuti awal gelap.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 180 miliar. Pelemahan rupiah membuat investor asing menghadapi yang namanya potensi kerugian dari selisih kurs, sehingga aksi jual menjadi tak terelakkan.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 108,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 35,1 miliar), PT Modernland Realty Tbk/MDLN (Rp 22 miliar), PT Pembangunan Perumahan Tbk/PTPP (Rp 19,2 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 18 miliar).
(ank/roy)
Next Page
Saham Barang Konsumsi Jadi Bulan-Bulanan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular