Ancaman Resesi AS Bayangi Pasar Obligasi dan Emas Global

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 December 2018 16:59
Koreksi harga surat utang negara (SUN) tersebut membuat tingkat imbal hasil (yield) efek tersebut terangkat
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah tertekan ancaman resesi Amerika Serikat (AS) selama sepekan. 

Koreksi harga surat utang negara (SUN) tersebut membuat tingkat imbal hasil (yield) efek tersebut terangkat, terutama pada seri acuan FR0075 yang bertenor 20 tahun sebesar 10,5 basis poin (bps). 

Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari FR0075 dan tiga seri acuan (benchmark) lain.  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Ketiga seri yang menjadi acuan lain adalah tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun yang mengalami penurunan harga dan kenaikan yield masing-masing 6,1 bps, 2,3 bps, dan 4,4 bps menjadi 8,03%, 8,07%, dan 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 14 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 7 Dec 2018 (%) Yield 14 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 7 Dec'18Yield wajar IBPA 14 Dec'18
FR0063 5 tahun7.9728.0336.107.93958.0194
FR0064 10 tahun8.0478.072.307.98528.0233
FR0065 15 tahun8.228.2644.408.15088.2359
FR0075 20 tahun8.3458.4510.508.30968.4096
Avg movement5.82
Sumber: Refinitiv 

Koreksi pasar obligasi pemerintah sepekan tersebut juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.

Indeks tersebut turun 0,8 poin (0,34%) menjadi 234,01 dari posisi sebelumnya 234,82. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, melebar dari pekan sebelumnya 519 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,88% dari posisi pekan lalu 2,85%.  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 896,31 triliun SBN, atau 37,75% dari total beredar Rp 2.374 triliun berdasarkan data per 11 November.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 4,28 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. 

Pasar Obligasi Global Pun Terkoreksi
Koreksi pekan ini pada harga SUN ternyata juga terjadi pada pasar surat utang negara berkembang lain. Kenaikan yield dialami China, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel.

Di negara maju, penguatan dialami pasar JGB Jepang dan US Treasury di Amerika Serikat, sedangkan koreksi terjadi lebih banyak yaitu di pasar bund Jerman, pasar OATs Perancis, dan pasar gilts Inggris.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 7 Dec 2018 (%)Yield 13 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.029.83-19.00
China3.3143.3695.50
Jerman0.2530.2560.30
Perancis0.6830.7032.00
Inggris 1.271.2730.30
India7.4667.449-1.70
Italia3.1482.943-20.50
Jepang0.0620.036-2.60
Malaysia4.0854.0991.40
Filipina7.0947.133.60
Rusia8.748.69-5.00
Singapura2.2262.2270.10
Thailand2.5552.626.50
Turki16.7517.4974.00
Amerika Serikat2.8882.879-0.90
Afrika Selatan9.0759.20513.00
Sumber: Refinitiv 

Koreksi di pasar surat utang domestik pekan ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,7% menjadi 6.169 selama sepekan, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,8% menjadi Rp 14.580 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang greenback di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,97% menjadi 97,44 dari posisi pekan lalu 96,51. 

Instrumen investasi global lain adalah harga komoditas emas, yang ditandai dengan harga di pasar cash spot. 

Sepekan terakhir, harga emas turun 0,72% menjadi US$ 1.238 per troy ounce setelah pekan sebelumnya menunjukkan reli harga. 

Resesi AS
Koreksi di pasar obligasi domestik dan global, koreksi yang terjadi di pasar ekuitas secara umum, serta harga emas dunia mengindikasikan saat ini investor global sudah memburu dolar AS di tengah kekhawatiran terhadap potensi resesi ekonomi AS yang semakin terlihat. 

Memburuknya prediksi keuangan AS ditunjukkan oleh sinyal resesi berkat investor global yang memburu obligasi jangka panjang AS sehingga membuat selisih (spread) yield tenor panjang dengan yang pendek hampir terbalik (inversi). 

Pada perdagangan tanggal 4 Desember, mulai terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun.

Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps) dan semalam jaraknya semakin tipis menjadi 0,8 bps.
 

Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS, meskipun kurang kuat. 

Lebih lanjut, inversi atas UST tenor 3 bulan dan 10 tahun dapat menjadi konfirmasi yang lebih kuat terhadap datang-tidaknya potensi resesi AS.  

Pada perdagangan kemarin, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -47,8 bps.

Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya menipis dari posisi kemarin (13/12/2018) yang sebesar -49 bps atau sudah semakin menipiskan jarak dengan inversi tadi.
 

Sebagai informasi, inversi pada spread yield obligasi AS tenor 3 tahun-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun terjadi pada 3 resesi terakhir yang dialami oleh AS.

Wajar jika pelaku pasar merespons pergerakan saat ini dengan melakukan aksi jual besar-besaran.
 

Selain itu, spread antara UST tenor 2 tahun-10 tahun juga dapat menjadi acuan, di mana saat ini semakin menipis menjadi -15 bps dari posisi akhir November 28 bps.

Biasanya, resesi AS terjadi kurang dari 6-24 bulan setelah spread keduanya membentuk inversi.
 

Kondisi itu ditambah dengan adanya pertemuan FOMC pekan depan, yang menunjukkan ada potensi kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pertemuan AS-China Suram, Harga Obligasi Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular