AS-China Menuju Perdamaian, Harga Batu Bara Rebound

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
14 December 2018 13:13
Pada penutupan perdagangan hari Kamis (13/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka naik sebesar 0,49% ke level US$ 102,15/MT
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko
Jakarta, CNBC IndonesiaPada penutupan perdagangan hari Kamis (13/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka naik sebesar 0,49% ke level US$ 102,15/Metrik Ton (MT).

Harga si batu hitam mampu rebound, pasca sehari sebelumnya menyentuh level terendahnya nyaris dalam 2 pekan terakhir.

BACA: Impor China Loyo, Harga Batu Bara Turun Makin Dalam

Pelaku pasar nampaknya melakukan aksi beli pasca harga batu bara turun cukup dalam sejak awal pekan ini. Dalam sepekan ini, harga batu bara sudah terkoreksi nyaris 1%.

Selain itu, ada alasan yang cukup kuat bagi investor untuk melakukan aksi beli. Ada sentimen positif yang berasal dari semakin dekatnya perdamaian dagang Amerika Serikat (AS)-China.



China kini melunak dalam menjalankan visi 'Made in China 2025', sebuah konsep yang bertujuan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain utama industri teknologi tinggi (semikonduktor, robotika, aeronautika, kendaraan ramah lingkungan, dan kecerdasan buatan), untuk membuka jalan menuju negara adikuasa pada tahun 2050.

Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump sudah sejak lama mengkritik program ini lantaran dianggap proteksionis.

Beijing dilaporkan sedang melakukan persiapan untuk mengganti program 'Made in China 2025' dengan sebuah program yang akan memberikan akses lebih besar bagi investor asing untuk berpartisipasi. Seorang sumber mengatakan bahwa program baru itu bisa diperkenalkan pada awal tahun depan.

Kemudian, China juga dikabarkan telah memborong kedelai AS. Reuters memberitakan, perusahaan milik negara di China membeli lebih dari 500.000 ton kedelai AS senilai US$ 180 juta.  

Gayung bersambut, itikad baik China ini pun direspons dengan baik oleh AS. Negeri Paman Sam kemudian mempertimbangkan untuk memperpanjang masa gencatan senjata berlaku. Awalnya, kedua negara sepakat untuk tidak menaikkan dan menambah bea masuk hanya dalam waktu 1,5 bulan ke depan.

"Proses dialog dengan China sangat menjanjikan. Presiden mengindikasikan bahwa ada perkembangan yang baik, positif, dan aksi konkret. Beliau mungkin saja, mungkin, berkenan untuk memperpanjang (masa gencatan senjata). Kita lihat saja," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.

Sentimen ini lantas menjadi harapan bagi pelaku pasar bahwa perekonomian dunia bisa kembali menggeliat ke depannya, seiring ancaman perang dagang kini semakin menipis. Hal ini kemudian akan berdampak positif bagi membaiknya permintaan energi dunia, termasuk batu bara.

Selain itu, faktor positif lainnya datang dari mulai membaiknya konsumsi batu bara di Negeri Panda. Mengutip data China Coal Transport and Distribution Association, kini penggunaan batu bara harian oleh 6 pembangkit lisrik utama di China meningkat ke level di atas 700.000 ton, tertinggi sejak Agustus 2018.

Situasi ini sepertinya tidak lepas dari musim dingin memang sudah mencapai puncaknya di Negeri Tirai Bambu. Saat cuaca dingin melanda, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat. Hal ini kemudian mampu mengatrol volume penggunaan batu bara di sejumlah pembangkit listrik utama di China.

Meski demikian, cuaca dingin tersebut sebenarnya diprediksikan pelaku pasar tidak akan berlangsung lama, sehingga harapan bahwa konsumsi akan meningkat secara signifikan pun pupus. Padahal, naiknya konsumsi secara masif amat diperlukan untuk menggerus stok batu bara di China yang sedang melambung.

Sebagai informasi, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China sudah meningkat dalam 9 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 0,32% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,94 juta ton, dalam sepekan hingga tanggal 7 Desember 2018.

Persepsi musim dingin yang lebih lunak ini akhirnya membatasi penguatan harga batu bara kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



(RHG/roy) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular